Oom Aldo (nama samaran) itu sebetulnya kenalan baik penulis ketika dulu kami pernah sama-sama menjadi member pada sebuah lembaga kursus tari modern untuk pergaulan. Penulis cukup akrab dengan beliau karena salah seorang teman akrab beliau juga teman akrab penulis sendiri. Umurnya sekarang mungkin hampir sebaya dengan bapak orangtuaku yaitu menjelang 60 tahun kurang sedikit. Orangnya putih kekuningan, tinggi besar, mata agak sipit, berkumis rapi dan bertampang ganteng, dia masih tergolong keturunan Tionghoa tapi dari nenek buyutnya dulu, dan masih ada berbau orang bulenya juga, karena beliau sendiri sebetulnya bapak memang masih ada turunan Tionghoa campuran Belanda, tapi ibu kandungnya seorang putri Banten asli, jadi asal-usul turunannya sudah campur-baur. Agama mereka juga ternyata berbeda-beda, oom Aldo sendiri beragama Katolik, bapaknya Islam tapi masih sering melakukan ritual Konghucu terutama saat kematian keluarga, ibunya Islam dan kakak kandungnya sendiri malah memeluk agama Budha.