Metafora ‘leher botol’ dihadirkan pertama kalinya oleh biolog Amerika bernama Edward O. Wilson, pemenang dua kali penghargaan Pulitzer untuk dua bukunya
On Human Nature (1979) dan
The Ants (1991). Ini menyoal kehancuran ekologis dan menyempitnya bukaan evolusi di masa depan. Mengenai masalah dimana manusia semakin bergantung pada konsumsi yang melebihi apa yang dapat disediakan bumi, ia menyimpulkan bahwa ‘ketika kita menghancurkan ekosistem dan memusnahkan spesies, kita merusak warisan terbesar yang dimiliki planet ini untuk ditawarkan dan dengan demikian mengancam eksistensi kita sendiri. Kennel, dkk dalam
Wilson’s Bottleneck (2024) menyatakan hal senada—kehilangan keanekaragaman hayati yang signifikan, yang bergabung dengan tekanan perubahan iklim seharusnya sudah cukup menjadi alasan untuk alarm. Salah satu domain temporal berkelanjutan dalam formulasi leher botol Wilson ini, salah satunya adalah perilaku kolektif manusia yang hendaknya kurang mengancam terhadap apa yang tersisa dari keanekaragaman hayati. Berkebun dapat menjadi aktivitas pilihan untuk meningkatkan kesadaran ekologis ini. Dalam
 In Defense of Food: An Eater’s Manifesto (2008) yang ditulis oleh Michael Pollan, kebun menawarkan banyak solusi, baik praktis maupun filosofis, untuk seluruh masalah makan dengan baik. Berkebun membantu ketahanan pangan terhadap tekanan lingkungan, seperti menyediakan sumber makanan lokal yang mengurangi ketergantungan pada rantai pasokan panjang yang berdampak negatif terhadap lingkungan.
KEMBALI KE ARTIKEL