Sampai dengan 1 minggu masa kampanye ini berjalan, kedua kubu koalisi sibuk menggalang dukungan dari berbagai pihak dan lapisan masyarakat. Dari pemberitaan di media televisi, nampak ada hal yang berbeda terjadi pada kedua kubu koalisi. Jikalau di Jakarta koalisi Merah – Putih menyediakan Rumah Polonia untuk menampung aspirasi dan dukungan masyarakat yang diberikan kepada mereka, sedangkan deklarasi dukungan untuk koalisi Jokowi – JK dilaksanakan secara megah di SICC dan Parkir Timur Senayan. Dan melihat berbagai manuver dari masing-masing team pemenangan, ditengarai mulai ada kepanikan di kubu Jokowi – JK yang dikarenakan elektabilitas Jokowi – JK cenderung menurun. Penurunan elektabilitas itu mungkin karena masyarakat sudah mulai jenuh dengan gaya pencitraan Jokowi – JK. Hanya sayang, manuver-manuver itu dilakukan dengan kurang elegan. Dengan semakin banyak kubu Jokowi – JK yang diwakili juru bicara nya yaitu Pak Agum Gumelar dan Pak Fachrul Razi bicara dan menekan Prabowo dengan berbagai isu HAM bahkan sampai membuka hal-hal yang bersifat rahasia untuk lembaga negara dalam hal ini TNI, itu semakin membuktikan tingkat kepanikan mereka. Namun apakah mereka menyadari, dengan membuka hal-hal seperti itu, entah itu fakta ataukah utopia karena masing-masing pihak mengklaim merekalah yang benar dan mengatakan fakta yang sebenarnya... akan semakin meningkatkan kemuakan masyarakat. Isu-isu HAM akan menjadi blunder pada kubu mereka sendiri... seperti kata pepatah ‘menepuk air didulang, terpercik muka sendiri’. Saat para team sukses itu berkumpul, tidakkah mereka saling memandang...? tidakkah mereka saling melihat track-record masing-masing...? di dalam kubu koalisi Jokowi – JK ada Pak Agum Gumelar, Pak Hendropriyono, Pak Andi Widjajanto, Pak Luhut Panjaitan, Pak Sutiyoso, Pak Wiranto dll... masyarakat tidak bodoh... masyarakat sekarang lebih kritis dan pintar, mereka bisa membaca seperti apa masa lalu para jenderal itu semua yang dengan mudahnya informasi itu didapat melalui internet.
Ada manuver lain yang juga sedang hangat diperbincangkan, yaitu pertemuan antara Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hadar Nafis Gumay, Kepala Lembaga Diklat Polri Komjen Pol Budi Gunawan dan Ketua PDIP Trimedya Panjaitan, yang dipergoki sedang berbicara sangat serius pada Minggu (8/6/14) sekitar pukul 23.00 Wib di restoran Satay House Senayan Menteng, Jakarta pusat. Meskipun mereka sudah membantah dan mengklarifikasi, tetapi... jangan salahkan orang lain yang tidak mempercayai bantahan mereka, karena... pertemuan yang menurut mereka adalah suatu kebetulan belaka itu terjadi menjelang debat capres – cawapres dilaksanakan. Dan juga kenyataan bahwa Pak Tahtjo Kumolo juga tidak membantah kalau dalam debat capres – cawapres tersebut Pak Jokowi membaca catatan yang dibawa... bagaimana bisa mereka mempersiapkan catatan, jiakalau mereka tidak tahu materi yang akan dibahas...?
Semoga kubu koalisi Merah – Putih tidak meniru dan tidak melakukan hal – hal yang unfair, meski demi kemenangan sekalipun... Kemenangan dalam suatu kompetisi memang penting dan membanggakan, tapi... lakukan pertarungan itu dengan cara-cara yang fair dan elegan, supaya kemenangan itu juga membawa kebahagiaan dan keberkahan... Selamat berjuang untuk semuanya... jadikan Indonesia semakin jaya...