Bermula dari sebungkus nasi kucing disebuah angkringan+warung kopi elit di Semarang (di katakan elit karena angkringan plus fasilitas hotspot), obrolanku ini di mulai. Obrolan yang ringan tapi bukan obrolan gosip seperti obrolan kaum hawa yang tak ada habisnya jika bertemu dan ngerumpi bersama. Bapak siapa aku tidak tahu namanya, tapi memang enggak sampe kenalan nyebutin nama sih, cuma sekedar saling sapa dan akhirnya mulai satu persatu obrolan keluar dari kami berdua. Mengobrol dengan orang yang lebih banyak pengalaman hidup memang sangat menyenangkan. Banyak ilmu hidup yang bisa diperoleh darinya walaupun hanya sekedar sharing. Pas di angkringan aku sih awalnya cuma basa basi nawarin makan bapak itu karena duduk di meja yang sama. Eh bapak itu ternyata malah lebih supel ketimbang aku. Welcome banget pokoknya. Mungkin memang beliau lagi butuh teman ngobrol sambil minum kopi kali ya. Ngobrol
ngalor ngidul, mulai dari masalah yang sepele sampe ujung-ujungnya beliau curhat masalah keluarganya. Beratlah kalau ngobrol sudah mulai masalah wanita, keluarga dan seterusnya, tapi tidak apalah yang penting untuk pengetahuan saja. Toh nanti juga aku akan mengalami masa-masa itu. Awalnya beliau nanya, aku dari mana, kerja dan kuliah dimana, ya pokoknya semacam mengorek identitas aku gitulah. Aku juga sebaliknya nanya balik dengan pertanyaan yang sama. Setelah sudah tahu identitas diri, kecuali nama lho.hehehe... Kemudian berlanjut ke pertanyaan yang mulai rada-rada berat. Pertanyaan yang menurut aku semacam pretest di kampus gitulah. Masalah rumah, properti dan lain lain, ya pokoknya tentang dunia konstruksi sesuai dengan ilmuku di bangku kuliah gitulah. Kayaknya ni bapak cukup paham juga tentang masalah bisnis properti. Karena setiap jawaban yang saya jawab, selalu dikembangkan lagi menjadi pertanyaan lagi dan pertanyaan lagi. Padahal basicnya hukum. Tapi ko paham dan tertarik betul ya??? Selidik demi selidik ternyata beliau baru saja membeli sebuah rumah disalah satu perumahan di Semarang. Puas dengan tema tersebut, kemudian enggak tahu kenapa tiba-tiba beliau bertanya masalah yang sedikit pribadi tentang kehidupanku. Sudah punya pacar apa belum mas? Weleh, jadi enggak enak jawabnya...(pas pertanyaan ini aku sengaja jawab belum, siapa tau mau di kenalkan dengan keponakan atau mungkin anaknya. hahaha padahal sih aku sudah punya pacar. Buat pacarku maaf ya ini cuma becanda ko, kalaupun djiodohkan dengan anaknya aku paling menolak, kan aku cuma sayang ma pacarku....). Kayaknya kalau pacarku baca note ini, aku bakal di cubit keras-keras mungkin, hahaha..... Dari situlah beliau menceritakan pengalaman hidupnya, mulai masa mudanya, hingga masa-masa sekarang. Salut buat bapak ini, ternyata beliau punya masa-masa muda yang cukup mengesankan. Orang yang cerdas menurut aku, kuliah tepat waktu, lulus dengan nilai bagus, langsung kerja pula. Enggak seperti aku kuliah aja belum lulus-lulus. Satu hal yang membuat aku simpati dengan beliau, ternyata beliau punya pengalaman pahit tentang masa hidupnya. Masalah rumah tangga. Ya masalah klasik setiap orang. Lulus cepat, langsung dapat kerja membuat beliau tidak susah untuk mendapatkan seorang pendamping hidup. Tapi karena beliau mempunyai prinsip tidak akan menjalin asmara dengan wanita sebelum beliau mapan, beliau enggak mempunyai pujaan hati sejak beliau kuliah. Hmmm, ko ada ya orang sehebat dia, tapi aku agak sedikit ragu sih. Bapak ini enggak punya pacar gara-gara prinsipnya apa memang tidak ada yang mau sama beliau???hahaha, maaf pak cuma becanda. Dari prinsip itulah beliau menikah di sekitar umur 35, sudah cukup berumur bukan???tapi beliau sudah mapan, rumah tinggal nempatin, mobil tinggal naikin. Kurang apalagi coba??? Dengan modal yang mapan, wanita mana yang enggak mau sama beliau???. Akhirnya beliau menikah. Semula beliau bahagia dengan kehidupannya, tapi lambat laun bisnis beliau collaps, akhirnya bangkrut dan miskinlah beliau. Mobil di jual, dan rumah juga sampai digadaikan. Keadaan ekonomi berimbas kedalam kehidupan keluarganya, istrinya mulai berubah sikap. Mulai acuh, mulai enggak peduli. Sampai akhirnya cerai pun tak bisa dihindarkan. Seperti kisah sinetron, habis manis sepah di buang. Tragis. Kini beliau sudah kembali merintis hidup baru. Sudah mempunyai istri dan anak dari pernikahannya yang kedua. Akhir dari cerita beliau, beliau memberiku semacam nasehat mungkin. Bapak ini menyuruh aku untuk cepat-cepat mencari calon pendamping, atau lebih tepatnya pacar (maaf pak, tadi aku bohong, padahal aku kan sudah punya, hahaha...). Karena menurut beliau, wanita yang diperoleh dari masa-masa perjuangan hidup akan lebih mengerti dan menghargai pasangannya kelak. Susah saja bisa mengerti, apalagi pas sukses. Begitu meurutnya. Berbeda dengan wanita yang diperoleh dari masa sukses, takutnya wanita itu menerima seorang laki laki dari background yang dimilikinya. Lebih tepatnya mungkin matre kali ya??? Tapi enggak semua wanita matre lho pak??? Kan masih banyak wanita yang baik di dunia ini. Tinggal bagaimana keberuntungan kita. Hmmm, tapi ada benernya juga omongan bapak ini. Toh bapak ini juga sudah mengalami pengalaman itu. Kata orang bijak guru terbaik kan dari pengalaman. Kira-kira begitulah nasehat yang bapak yang tersirat diobrolan kami. Tak terasa Marlboro yang baru saja aku beli hampir habis setengahnya, saking asyiknya ngobrol mungkin. Karena sudah larut, bapak tersebut pulang dengan avanza silvernya. Dan enggak lama kemudian aku juga menyusul pulang. Capek dan ngantuku malam itu mungkin tidak senilai dengan pesan-pesan yang tersirat dari beliau. Cerita yang sangat berkesan untuk sebuah pengalaman hidup dari seorang yang sudah kenyang dengan pahit manis kehidupan didunia antah brantah ini....
KEMBALI KE ARTIKEL