Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Asa di Penghujung Hari

24 Mei 2011   14:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:17 146 3
"Jangan kau lupakan aku...."

Sebuah lagu mengalun merdu dalam acara perpisahan malam ini. Ternyata, sudah saatnya kata perpisahan itu hadir di antara kita. Tiga tahun yang telah kita lewati, yakinku tak mudah terlupa.

****

Kuusap peluh yang menetes di wajah. Ugh, siang ini udara begitu panas. Langit tiada awan, hanya mentari yang tersenyum senang. Sinarnya memancar terik  dan terasa membakar. Kududuk di bawah pohon rindang, di tepian Jalan Panglima Sudirman. Kulongok isi tasku, mencari botol air mineral yang kubawa dari rumah. Segar ketika air itu membasahi bibirku dan mengalir di tenggorokanku.

Kubuka keylock di HP. Pesan darimu yang kuterima tadi pagi, memintaku menemuimu di sini. Kubaca lagi pesanmu, "Aku pulang ke Semarang, pagi ini.  Ada yang perlu kita bicarakan, tunggu  aku di tempat biasa."

Sebenarnya aku tak ingin bertemu denganmu, aku malu. Lima tahun sudah kita berpisah untuk menggapai mimpi masing-masing. Kau melanglang buana ke Bogor, kuliah di IPB. Sementara aku tetap setia dengan kota kita. Keadaan memaksaku untuk mengubur mimpi masa abu-abu. Ya, aku tak mampu melanjutkan studiku.

Waktu sudah menunjukkan pukul 13.30. Kau belum juga datang, aku mulai gelisah. Ada apa gerangan? Tak biasanya kau terlambat. Tapi tunggu dulu, bukan tak mungkin rentang waktu 5 th mengubah kebiasaanmu.

"Sebaiknya aku tunggu 15 menit lagi. Selepas itu biarlah perjumpaan ini hanya angan," kataku bergumam.

Kubuka Opera Mini untuk menghalau jenuh penantian. Sudah 3 bulan ini aku bergabung dengan sebuah bisnis pulsa via internet. Hasilnya lumayan bisa menambah isi tabunganku. Aku juga sering browsing untuk mencari peluang bisnis dengan modal kecil.

Kata teman-teman mesti hati-hati bisnis di internet. Seorang teman pernah tertipu di FB. Dia order baju cantik seharga 500rb IDR, setelah transfer ditunggu-tunggu ternyata barang tak kunjung diterima. Ketika coba menghubungi no. HP penjual ternyata tak bisa.

Tak semua yang berbisnis via internet itu jujur memang, tapi bukan berarti tak ada yang jujur. Hanya memang kita harus waspada.

"Ting..ting..ting..." bunyi SMS masuk mengejutkanku.

Kubuka, nomor tak kukenal. "Maaf, aku batal datang memenuhi janji kita. Ada sesuatu yang tak bisa kutinggalkan. semoga kita bisa jumpa lain waktu."

Kukemasi tas dan botol minuman, beranjak pulang. Matahari tak lagi garang, meski tetap setia memancarkan sinar. Kulangkahkan kaki menuju halte. Menunggu bis yang kan mengantarku pulang. Aku ingin segera merebahkan tubuh, menghalau penat ini.

****

"Walau apa yang terjadi, tabahkan hatimu selalu. Jangan sampai kau tergoda, mulut manis yang berbisa...."

Masih terngiang lagu yang kita alunkan dulu. Seiring berjalannya waktu, aku tak lagi yakin rasa itu masih kau jaga. Terlebih aku sudah pasrah dengan hubungan kita. Semua sudah berubah.

Perjalanan ini telah menempaku menjadi keras dan tak lagi cengeng menjalani permainan hidup. Tak ingin lagi aku larut dalam angan semu yang bernama cinta. Barangkali, di masa puber dulu aku begitu menggebu mengejarmu. Tuk membuktikan bahwa aku mampu, menaklukkan hatimu. Ah, kenangan indah masa remaja.

Aku kini hanyalah seorang pemuda dengan sejuta mimpi meraih pelangi. Yang kupunya hanya kemauan keras. Dan tak mungkin aku melibatkanmu di dalamnya. Sudahlah, kita akhiri saja mimpi kanak-kanak dulu. Biarkan kukejar mimpi terkiniku. Walau harus kulepaskanmu dari dekapku.

****

Kudengar kau telah diterima bekerja di sebuah instansi Pemda. Maaf, bila tak lagi kurespon SMS darimu. Semenjak pertemuan kita yang batal siang itu, aku sudah memutuskan untuk tak lagi mengharapkanmu. Biar semua hanya menjadi kenangan manis yang takkan terlupa seumur hidupku.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun