Kongres sebenarnya bukan hanya sekedar rangkaian acara seperti seminar, penutup buku lpj'an atau pembuka lembar catatan baru untuk pergantian kepemimpinan selanjutnya. Banyak senior bahkan alumni yang menyebut "bahwa kongres ini sudah seperti hari lebaran nya anak HMI". Esensi kongres harusnya bisa menjadi perekat ajang konsolidasi penumbuh harapan baru berbalut silaturahmi seluruh kader yang hadir dari perwakilan keseluhan cabang yang ada di dalam maupun luar negeri. Puncak dari silaturahmi ini tentunya mengharapkan adanya gagasan-gagasan pikiran besar yang digodok dan dibahas bersama dari semangat kolektifitas dan aspirasi para kader sebagai aktor intelektual yang mewakili seluruh masyarakat dari area cabang nya masing-masing untuk bisa mempertahankan nilai-nilai kebaikan bagi HMI maupun cita-cita mewujudkan masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah SWT di negeri ini, sejalan dengan visioning terbentuknya HMI dari masa ke masa.
Namun sejak tanggal 24 November 2023 sejak dimulai, dibuka dan terus berjalannya rangkaian agenda pada kongres ini. Justru yang terlihat dari kongres ini adalah ketidakpantasan, kebobrokan dan kebusukan yang terus dipertontonkan. Bahkan diberagam media sosial, HMI justru menjadi  bahan bulan-bulanan yang dipertontonkan dan dibicarakan masyarakat Indonesia akibat kelakuan para kader nya yang malah menciptakan beragam  kericuhan dan kekacauan tersebut. Dimulai dari awal sebelum kongres dimulai pun, beragam kericuhan dan polemik sudah mulai menyelimuti. Seperti kejadian paksa para kader yang mendemo dan memblokade pelabuhan makasar dengan dalih  meminta untuk diberangkatkan tanpa tiket, tidak tertibnya para simpatisan HMI (romli) di Asrama Haji. Hingga ketika kongres sudah dijalankan pun banyak kerusuhan yang terjadi di dalam forum, mungkin akhirnya kata intelektual sudah berganti jadi benturan dan kekerasan.