CORONA. Sudah pasti ia menakutkan, ia menjelaja cepat pada jiwa-jiwa yang rapuh. Bagaikan sepoi angin yang menabrak pohon-pohon dan tubuh-tubuh yang berkeliaran di luar sana. Bagaikan sinyal smartphone yang mengirim pesan corona itu sendiri. Bahkan, ia seperti hantu yang mengalahkan Malaikat Maut, yang setiap saat bisa saja mencabut nyawa kita---di manapun dan kapanpun dan saat ini bisa saja melampaui defenisi cinta kematian sebagaimana puisi Aslan Abidin "Tak ada yang mencintaimu setulus kematian". Saat ini berubah menjadi "Tak ada mencintaimu setulus corona".
KEMBALI KE ARTIKEL