Mohon tunggu...
KOMENTAR
Foodie

Ikan Gabus yang Ajaib

11 Oktober 2010   08:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:31 4181 1
Barusan saya baca posting tentang ikan sapu-sapu yang berbahaya, dan sebagian orang menganggap bahwa ikan sapu-sapu sama dengan ikan gabus. Beda! Ikan Gabus (atau ikan kutuk - sebutan masyarakat Jawa Timur), adalah ikan air tawar yang bersisik, bentuknya seperti Lele tetapi kepalanya lebih menyerupai ular, sehingga dalam bahasa Inggrisnya disebut 'Snakehead Fish'. Bentuknya memang jelek dan agak amis, belum lagi lendir yang menutupi kulitnya. Lengkaplah sudah kesempatan ikan ini mejeng di piring restoran.

Ikan Gabus sampai saat ini agak sulit dibudidayakan karena sifatnya yang liar. Biasanya di empang, rawa atau sawah, ikan ini tiba-tiba muncul entah darimana. Dari rantai makanan, ikan ini menduduki peringkat atas, yaitu tidak mau memakan bangkai. Bandingkan dengan ikan Lele atau ikan sapu-sapu yang cenderung makan sisa-sisa kotoran. Orang di kampung memancingnya menggunakan ikan atau katak hidup, barulah disambar. Kadangkala dalam sebuah kolam ikan air tawar jika ditemukan bangkai ikan mengapung dengan sebagian badannya terpotong, petani langsung mengetahui bahwa ada ikan Gabus di kolam itu. Mungkin cara makan ikan ini yang hanya mau makan umpan hidup inilah yang menyebabkan ikan ini layak dimakan dan sangat sehat.

Dari literatur, ikan Gabus disebut sebagai makanan yang paling banyak mengandung Albumin - zat mineral yang sangat dibutuhkan untuk kesehatan Liver. Di beberapa Rumah Sakit di Jawa, sari ikan Gabus sudah menjadi nutrisi sehat untuk pasien. Kadang diberikan dalam bentuk sari ikan Gabus, atau sudah di tim untuk diberikan kepada pasien.

Suatu ketika ibu teman saya menderita coma di sebuah rumah sakit di Solo. Kemudian perlahan-lahan dimasukkan sari ikan gabus melalui selang ke dalam tenggorokannya, dan tidak berapa lama kemudian beliau sadar.

Istri saya setelah melakukan kemoterapi harus menjaga kadar Lekosit (sel darah putih) dalam darah, yang menunjukkan daya imun terhadap racun kemo. Biasanya, jika Lekositnya turun dia harus disuntik obat peningkat Lekosit. Pada saat itu kadar Lekositnya 3.800 (harusnya 5.000 - 10.000), tetapi dia memilih untuk makan tim ikan Gabus. Esoknya ketika ditest lagi, Lekositnya sudah melonjak hingga 8.500, lebih besar dari dampak obat suntik peningkat Lekosit. Dan yang pasti, lebih aman pula!

Sayang sekali jika - lagi-lagi - para peneliti asing telah terlebih dahulu mengetahui keajaiban Ikan Gabus dan mereka mengeluarkan produk minyak ikan Gabus yang dijual dengan harga selangit. Bukankah itu ikan asli Indonesia?

Cobalah beli di pasar tradisional atau swalayan Hari-hari (di situ pasti selalu ada), lalu masaklah dengan cara di tim, pepes, pesmol, pindang atau kuah asam. Di Betawi malah sudah ngetop makanan Gabus Pucung, ikan Gabus yang dimasak pakai kluwek mirip rawon. Nggak kalah rasanya dengan ikan yang lain, tapi khasiatnya luar biasa. Setidaknya dengan rutin mengkonsumsi akan menjaga kualitas Liver kita.

Masalahnya, sekarang ikan Gabus agak sulit dicari, sehingga mahal harganya. Di swalayan Hari-hari dalam kondisi segar-dingin (tapi sudah mati), sedang di pasar tradisional masih hidup. Mudah kelihatan, yaitu dia masih bisa hidup meski ditaruh di atas meja keramik, tanpa air.

Sekarang zamannya hidup sehat dengan cara alami. Jika bermasalah dengan liver, mengapa tidak mencoba makan ikan Gabus?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun