Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Sepotong Kuas XIX

3 Juli 2024   07:57 Diperbarui: 3 Juli 2024   07:59 98 1
Oleh : Dwi Lestari Wiyono
 
Aku menyebutnya bahasa. Aku memanggilnya bahasa. Ya, sebuah bahasa yang mempertemukan, mempersatukan aku dengan dirinya sang iblis. Bahasa, sebuah bahasa yang Tuhan berikan khusus untukku. Aku memanggilnya dalam diam. Aku menyebut namanya kala mengalami kegundahan. Aku tak mengerti terkadang, Mengapa bahasa bisa membunuh banyak harapan hanya dengan satu ucapan? Mengapa? Naif. Kosong.
 
***

Seperti apa rupa iblisku ketika ia menjadi manusia bumi? Tampankah? Rupawankah? Iblisku adalah contoh makhluk Tuhan yang amat membanggakan dirinya. Ia tak mungkin terkalahkan. Ia selalu menunjukan kelebihannya di hadapanku. Aku tahu kau makhluk yang mendekati sempurna. Ia amat mengagumkan, kuakui.

"Mikael, korban berikutnya aku menginginkan ia yang menjadi saingan bisnismu. Jadi, kau tak perlu kaget bila suatu hari tak lama lagi kau mendengar kabar buruk tentangnya."
"Tapi, ia masih familiku. Ia masih satu leluhur denganku."
"Mikael, berapa kali kukatakan jangan pernah membantahku. Masalah korban aku yang menentukan. Aku tahu yang ku mau."
"...."
"Mikael, Apa kau sudah menemukan ia yang selama ini kau cari?"
"Maksudmu iblis ...?"
"Pemutus perjanjian? Pemutus perjanjian itu, Apa kau sudah menemukannya?"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun