Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Rocky Gerung Main Drama untuk Siapa

4 Agustus 2023   09:20 Diperbarui: 4 Agustus 2023   09:24 159 1
Rocky Gerung Main Drama untuk Siapa

Orasi Rocky Gerung yang "membajingan-tololkan" Presiden Jokowi itu berdefinisi kritik atau menghina?

Kalau itu dianggap sebagai kritik dan boleh dilakukan, saya rasa akan semakin banyak orang terinpirasi untuk melakukan hal serupa. Apalagi itu ditujukan kepada kepala negara?

Memang aneh, kenapa sebutan "dungu" kepada presiden selama ini dianggap biasa saja? Sehingga karenanya sekarang ia berani meningkatkannya menjadi "bajingan tolol", dan bahkan "bajingan pengecut".

Kenapa kepada seorang Jokowi yang bukan koruptor dan justru disayang lebih dari 80 persen rakyat Indonesia, dimanapun kesempatan, ia melesakkan hinaan itu?

Kenapa Rocky tidak membajingan-tololkan para koruptor proyek BTS Kominfo, karena sudah jelas memang berlaku bangsat dan jahanam. Dan juga, kenapa daya kritisnya tidak lekas membaui adanya hal yang ganjil dari pembelian pesawat rongsok yang menghabiskan angka fantastis hingga 8 trilyunan itu?

Tentu sekelas dia sebagai filsuf mudah saja membaui ada yang ganjil dan bisa jadi bosok. Sehingga "kritik" sebagai dalih yang bisa jadi menjadikannya kondang itu bisa lebih sadis lagi jika akan dibandingkan dengan sekadar dungu. Bahkan lebih dahsyat dari bajingan tolol.

Sebenarnya Rocky Gerung sedang memainkan peran apa? Kita pantas bertanya. Rocky Gerung sedang bermain drama untuk siapa? Kenapa seakan-akan ia kebal hukum? Bukankah hinaan kepada kepala negara yang seperti itu sudah kelewat batas?

Kita pantas mengingat peristiwa Pilpres 2019, kenapa sewaktu Ratna Sarumpaet memerankan drama oplas yang membahayakan itu Rocky Gerung tidak kritis. Padahal menurut saya, kata-kata "Bajingan Tolol" itu punya tempatnya yang pas dan sesuai ke banyak orang yang terlibat.

Bahkan kepada Rocky sendiri. Karena ia merasa filsuf dan boleh bersikap sadis kepada presiden, tapi diam saja, melihat sesuatu yang bosok terjadi di lingkup sekitarnya. Tentu wajar saja jika kita mempertanyakan ada di pihak mana si Rocky ini?

Kalau waktu itu kita sama-sama tahu, Rocky ada di pihak mana. Karena ia disebutkan menjadi salah satu calon menterinya kabinet Prabowo-Sandi.

Tapi, kali ini, bukankah Pak Prabowo sudah bermanis-manis dengan Pak Jokowi. Sehingga karenanya elektabilitasnya naik dan sangat pede maju Pilpres lagi.

Ada di pihak mana Rocky Gerung? Rasa-rasanya ada yang lebih penting dilakukan hari ini. Hinaan Bajingan Tolol dan Bajingan Pengecut yang ditujukan kepada Pak Jokowi itu harus dipertanggungjwabkan. Harus diproses secara hukum.

Jika kemudian hukum meloloskan ujaran kebencian dengan dalih seperti yang dikatakan oleh Rocky itu adalah notabene sebuah kritik. Maka menjadi hal mengerikan, karena akan banyak orang Indonesia memakai hinaan sarkas itu untuk diilontarkan ke siapa saja, hanya merasa tidak senang dan dianggapnya dungu. Padahal semua itu belum tentu. Karena hanya berdasarkan subjektivitas menjadi asumsinya.

Jika ujaran kebencian yang tidak berdasar dialamatkan secara sarkas kepada seorang kepala negara saja lolos, dan tidak kesentuh hukum. Maka, ujaran bajingan tolol itu bisa lolos juga, kapan pun bisa disemprotkan ke siapapun. Tak terkecuali kepada uztad, pendeta, guru, apalagi hanya kepada Pak Lurah dan Pak RT.

Penjarakan Rocky! Kalau saya, cenderung berpendapat begitu. Karena kebebasan berpendapat itu juga harus ada batasnya. Harus juga dilihat asas manfaatnya. Apa manfaat Rocky Gerung mencaci-maki dan menghina presiden?

(Dwi Klik Santosa)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun