Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Doa Ajaib di Negeri Serigala

23 Desember 2013   01:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:36 23 0
Yanus membuka buku hariannya. Perlahan, ia mulai menulis....

"Berharap pemerintah dan wakil rakyat bisa membuat kebijakan yg pro rakyat? Yo sampek sempel gak bakal keturutan. Wong apa yg dimakan rakyat sama mereka beda.

Rumahnya beda. Lingkungannya, alat transportasi, luas kamar mandi, jumlah duit di rekening bank, semua beda. Apalagi istri simpanannya.

Jadi cara pandang dan cara membuat definisi, sama sekali beda. Rakyat makan nasi bungkus Rp 15 ribu wis kaing-kaing. Kalau mereka? Rp 15 ribu cuma buat tusuk gigi.

Rakyat beli bensin Rp 15 ribu buat 2 hari sudah misuh gak karuan. Mereka, misuh2 kalo gak dapat tiket pesawat buat ke Hongkong. Gimana gak misuh, di Hongkong ada obral kaos kaki gitu loh...

Coba kalau gini. Kita sama2 berdoa, semoga besok pagi, mereka bangun tidur dan mak-jeglek jadi rakyat kecil.

Tinggal di kawasan kumuh, sekampung sama copet, maling jemuran, germo, takmir musholla yg hanya punya satu sarung, dan penderita disentri. Tanpa bodyguard, sopir, kartu kredit, ATM, dan handphone.

Setelah sebulan, mungkin, mereka bakal paham. Apa sesungguhnya yang dirasakan rakyat.

Mungkin. Kalau nggak keburu bunuh diri makan odong-odong...

Indonesia, 10 September 2013"

Yanus menutup buku catatan hariannya...
Hendro D. Laksono

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun