Jika di hari-hari biasa saya dan keluarga hidup bersama, seatap, tapi kami sangat jarang makan bersama.
Kami sekeluarga memiliki kesibukan masing-masing, Ayah yang sibuk di kampus sebagai Dosen sekaligus Mahasiswa yang melanjutkan S3, Ibu yang sibuk dengan bisnisnya, nenek yang sibuk di rumah mengurus kami, cucu-cucunya, dan adik-adik saya yang setiap hari kesekolah.
Saya sendiri setiap hari bekerja, yang beranjak dari rumah di pagi hari saat adik-adik saya masih terlelap, Ayah yang masih berkemas untuk berangkat kerja, dan Ibu dan nenek yang sibuk menyiapkan sarapan. Saat Ayah maupun adik-adik saya menikmati sarapan bersama, saya hanya bisa membawa bekal dan sarapan di kantor. Begitupun saat makan siang, kami masih sama-sama di luar rumah, dan saat makan malam kamipun sangat jarang sekali bisa makan bersama, karena saya sudah makan malam lebih dulu di kantor sebelum pulang, atau saat perjalanan pulang ke rumah, keluarga pun sudah makan terlebih dahulu.
Tapi saat bulan puasa, Ibu dan nenek jadi semangat memasak meski harus rela bangun lebih awal, dan semangat memasak saat lapar, haus dan lelah dengan pekerjaan sepanjang hari. Adik-adik saya khususnya yang masih duduk di bangku kelas 3 SD, tak pernah alpa untuk sahur meski bangun dengan tergopoh-gopoh. (^_^), dan semangat 45 menanti waktu berbuka puasa karena sudah berpuasa satu hari full.
Puasa tapi makan bersama tak pernah terlewatkan, sahur dan berbuka. Dan itu menjadi salah satu momen yang sangat menyenangkan. Lebih dekat, lebih damai, dan lebih indah... (^_^)