Ahh, pesta yang indah semalam.
“ Nanda, lo mau gak jadi pacar gue?” rasa nya jantungku punya sayap. Terbang.
Mau banget, dari dulu gue malah udah suka sama lo Sam. Sumpah gue tuh sayang banget sama lo. Gue pun bersedia walaupun lo minta gue jadi pacar yang ke seratus sekali pun, gue bener-bener gak masalah.
“Nanda? Kok bengong?” tanya nya padaku.
Gue? Bengong? Ah bego’. Gimana tadi ya tampang gue pas bengong? Pasti kayak orang tolot. Oh my god. Help me...
“loh... kok sekarang malah panik?”
“ah, emm... eng.. enggak ada kok” senyumku melebar memperlihatkan deretan gigi dengan behel yang terpasang sejak lima tahun lalu. Oh my god! Behel ku terpasang selama itu??
“jadi apa jawaban nya?”
“jawaban apa ya?” tanyaku heran
Sam malah tertawa melihat tingkahku. Astaga! Tawanya pun serenyah biskut kalengan. Tunggu dulu, ups iya Sam tadi kan nembak gue.
“oh itu, ehh lo td nembak gue kan? Iya, iya, iya gue mau jadi pacar lo” jawabku dengan semangat, berharap menghentikan tawanya. Ternyata tawa Sam malah semakin keras terdengar. Astaga.
“hahaha, lo lucu banget ya” kata nya sambil mengacak-acak rambutku.
Please Sam... jangan lakuin itu. Bisa terbang nih gue. God! selamatkan aku dari kebahagian yang bertubi-tubi ini.
“Sam...” panggil Claudia. “ bentar lagi kita mau tampil” Thank Clau. Lo menyelamatkan hidup gue
“oke” Sam berteriak kearah Claudia sambil mengacungkan jempolnya.
“gue pulang duluan ya, udah lewat jam 9 malem nie. Tadi gue janji sama bonyok bakal pulang sebelum jam 9 malem. Bye” akupun memutar tubuhku dan pergi ngeloyor meninggalkan Sam
“tunggu dulu sayang” wahh! tanganku dipegang Sam. “ gue bakal nganter lo pulang”
‘gak usah. Lagian band lo kan bentar lagi tampil. Gue pulang sendiri aja.” Genggam tangan Sam pun mengendur
“oke, hati-hati ya sayang”
“ya” jawab ku singkat mencoba mengistirahatkan hati karena tadi sudah bekerja ekstra.
Tidak terasa, kaki ku sudah berada didalam kelas. Perjalanan dari rumah ke sekolah yang biasa makan waktu 30 menit terasa hanya 5menit.
“Nan. Lo semalem nonton kontes band nya sie Sam ya?” cindy menarik tanganku untuk mendekati bangku sekolah kami.
“kok lo tau sie?” ku letakkan tas ransel yang sejak pergi sekolah sudah menempel di pundakku.
“gue kan baca status facebook lo?”
“ dasar kepo lo”
Kulihat cindy hanya tersenyum sambil menampakkan gigi rapinya “Trus gimana? Lo liat sampe mereka selesai manggung ya?”
“enggak.” Jawabku mantap “Gue pulang jam 9 semalem. Lo kan tau sendiri gimana nyokap gue kalo gue pulang malem. Doi bisa ngomel sampe subuh.”
“Nan, ada yang nyariin lo tuh” Rico, sang ketua kelas berteriak dari depan pintu
“Sam”
Tangannya melambai kearahku. Senyum manis terlukis di wajahnya. Waktu seperti berhenti disekelilingku. Sungguh aku benar-benar tidak mau waktu berjalan lagi. Cukup disini, disaat aku dan Sam saling menatap bahagia.
“pulang sekolah ikut gue sebentar ya, ada yang mau gue tunjukin sama lo”
“ah,, ehh oke” jawabku gugup. Aduhh payah banget nih gue, lagi-lagi tampang gue pasti kayak orang tolol. Sialan.
“oke, pulang sekolah gue tunggu di parkiran ya.” Kata nya sambil berjalan keluar kelasku.
“Nan, lo udah jadian sam Sam ya? Kok lo gak cerita sih sama gue. Jahat banget lo”
“gue aja gak nyangka. Rasanya kayak mimpi Sin. Sumpah ini mimpi paling indah yang pernah gue alami” senyumku masih mengiringi punggung Sam yang semakin menjauh.
“jadi bener lo jadian sama Sam??!!”teriakan Cindy membuat perhatian semua teman-teman mengarah kepadaku. Aku hanya mampu menepuk jidatku.
“Kok temen-temen pada ngeliatin kita ya?” tanya cindy dengan tampang lugu nya menoleh kanan-kiri ke arah teman-teman.
Malas aku menjawab pertanyaan yang tidak penting itu. Yang penting bagiku sekarang adalah memikirkan akan dibawah kemana aku nanti. Betapa tidak sabarnya aku.
Gue rela Sam, sumpah gue rela lo bawa kemana aja. Eitt!ngomong apaan sih gue.
“ayo, naik” Sam memberi isyarat padaku untuk menaiki motornya. “kalo kamu duduk nyamping gitu nanti gak seimbang, perjalanan kita jauh loh”
“tapi gue kan pake rok, kan sus...”
“jangan ngomong susah dulu sebelum mencoba. Ayok!”
Aku pun menuruti kemauannya. Sedikit susah sih tapi ya... tak apa la, Demi Sam. hehehe
“kalo duduk kayak gini kan kamu juga bisa peluk aku” ia berbicara tanpa melihat kearahku, tapi aku bisa melihat dari samping, ia berbicara sambil tersenyum.
Tunggu, tadi dia bilang apa? ‘kalo duduk kayak gini kan kamu juga bisa peluk aku’ bukan masalah peluk nya, tapi dia ngomong aku-kamu bukan gue-elo. Gue gak salah denger kan.
“kamu udah siap? Kita berangkat sekarang ya” aku hanya mengangguk pelan. Yes, ternyata ini bukan mimpi. Ohh, bahagia nya gue.
Kami mengobrol sepanjang perjalanan, meski kadang sesekali aku tak dapat mendengar perkataannya. Tapi ia dengan sabar mengulang semua ucapannya. Entah berapa lama waktu yang kami tempuh selama perjalanan, aku tak sempat menghitungnya. Yang jelas sekarang aku sudah berada didepan pintu masuk sebuah gedung ruko dua lantai tanpa nama.
“ini markas kami” Sam mengawali pembicaraan. “ayok masuk” ajaknya sambil menggandeng tanganku. “hari ini kami akan merayakan pesta kecil untuk kemenangan kami di kontes band kemaren”
Mereka menang. Oh my god! Kok gue sampe gak tau. Cewek macam apa gue ini.
“selamat ya. sorry gue, ehh aku nggak tau kalo kalian menang. Aku benar-benar minta maaf” aku merasa bersalah sekali
“bodoh, gak usah merasa bersalah gitu dong. Kan emang kamu gak tau” ia menangkap kegelisahanku. “Pengumuman pemenang di umumkan setelah acara selesai semalam. Ya, walaupun kami Cuma juara dua, tapi gak masalah”
Syukurlah. Sam membuka satu pintu ruangan setelah kami berjalan ke lantai dua. Disana sudah tampak teman-teman Sam, aku tak mengenal semua dari mereka. Yang aku kenal hanya Claudia, karena dia teman satu sekolahku.
“aku ke toilet dulu ya” kata nya padaku
“hei, Sam. Ini cewek baru lo ya. Cantik banget” cowok dengan tampilan rambut yang tinggal setengah dan dengan ujung rambut nya yang runcing ke atas ini bergerak mendekatiku.
“eitt, jangan berani ganggu ataupun ngerayu dia ya. Gue hajar lo!” Sam mengacungkan tinju ke arahnya sebelum ia pergi meninggalkan aku.
Oh God.. tempat ini serem banget. Orang-orang disini seperti mau memakanku. Seseorang tolong selamatkan gue!
“Nanda” thanks Claudia lagi-lagi elo menyelamatkan hidup gue.
“eh Claudia” aku segera mendekati Claudia yang sejak tadi sudah duduk di sofa sambil mencoret-coret sebuah kertas
“gak nyangka ya lo bisa jadian secepat ini dengan Sam, gue kira lo bakal nolak dia” Claudia mengawali pembicaraan setelah aku tepat duduk disisinya. Ada nada sinis saat dia bicara.
“lo gak tau. Gue tuh emang udah lama naksir sama Sam. Tepatnya saat kita kelas satu, waktu itu sekolah kita lagi ngadain pensi, gue liat kalian manggung. Sumpah itu keren banget. Trus setelah itu...”
“stop Nanda, gue gak mau denger cerita murahan lo itu. Gak penting” Claudia membisikan aku sebuah pengakuan yang sangat menyakitkan.
“apa? Lo ngomong apa barusan Clau? Gue... gue apa tadi”
“oke ya Nona Nanda yang terhormat. Buka telinga lo lebar-lebar” Claudia menyibakkan rambutku kebelakang telinga. Di ulangi nya lagi kata-kata yang terucap tadi
“nggak. Gue gak percaya. Lo pasti bohong”
Claudia hanya mengangkat bahunya sambil berkata terserah. Dan setelah itu rasanya hatiku seperti tercabik-cabik. Tubuhku rasanya kehabisan energi, lemas. Dan tak mampu menahan volume air yang semakin melimpah. Sungguh, mereka berkejaran keluar melalui celah mataku. Hilanglah sudah kebahagian yang kurasakan semalam dan hari ini. Secepat ini kah hilang nya cinta yang aku pelihara selama 2tahun ini?
“gue pulang” kataku sambil melangkah ke arah pintu keluar. Dengan air yang terus mengalir disudut mataku. Dengan isak tangis yang tertahan. Aku berlari.
Sam. Gue kecewa sama lo.
“Nanda” teriak Cindy memanggilku. Aku menghentikan langkahku dan berbalik menghadapnya. “gimana kemaren?”
“begitulah” jawabku singkat
“eh.. lo kok pake kacamata item ke sekolah? Emang boleh?” tanya Cindy
Aku tak menjawab pertanyaan itu. Dan memutuskan untuk terus berjalan menuju kelas. Cindy sepertinya tak curiga kalau semalam aku benar-benar tak bisa tidur memikirkan kejadian kemarin. Dan aku hanya menangis sepanjang malam.
“Nanda”
Sam.
“kamu kok gak bilang kemaren kalo kamu gak enak badan. Kalo gitu kan gak mungkin aku maksa kamu buat ikut ke markas. Kamu sakit apa?” Sam menempelkan punggung tangannya di dahiku
Iya, gue emang sakit. Sakit ati karena lo Sam. Dasar cowok brengsek. Huff, tenang Nanda bukan sekarang waktu nya kalo lo mau meledak. Nanti ya, tunggu waktu yang tepat.
“kekelas yok” kataku sambil menggandeng tangan Cindy
“ tunggu dulu Nanda. Gue belum selesai ngomong” Sam bicara dengan nada yang tinggi.
“trus gue harus ngedengerin ocehan lo yang gak penting itu. Penting apa lo buat gue. Dasar cowok brengsek”
“lo bilang gue apa? Gue brengsek?”
“Plakk!”
Suara apa itu tadi. Kok pipi gue panas. Kacamata gue kemana? Gue tadi ditampar Sam? Serius nih gue kena tampar?
“sorry, gue gak sengaja” Sam bicara sambil menatap lantai koridor sekolah.
“sudah la” lagi-lagi air tubuhku keluar melalui celah mata. Mengucur seperti keran air PAM dirumahku. Aku tak melangkahkan kaki ku ke dalam kelas, malah melangkah ke arah gerbang sekolah. Keluar dan pulang. Aku tak menghiraukan Cindy yang terus berteriak memanggil namaku. Aku tak peduli.
“Nanda” mama berteriak dari arah dapur. “kamu gak mau sekolah. Udah tiga hari kamu bolos. Surat ijin sakitmu Cuma sampe hari kemaren”
“aku masih sakit ma!!” aku berteriak balik kepada mama
“nanda!” teriak mama lagi
“apalagi sih Ma? Nanda kan udah bilang Nanda masih sakit, ma. Gak usah paksa Nanda buat sekolah”
“cklekk” suara pintu kamar ku dibuka.
“Mama. Nan... Sam?” jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya “Ngapain lo kerumah gue? Nyelonong langsung masuk kamar gue lagi” aku berjalan mendekati pintu kamar ku. “pergi lo”
“gue mau minta maaf sama lo” genggaman ini. Gue kangen.
“mama! Tolong Nanda. Ada maling didepan kamar Nanda” ku tepiskan genggaman tangan Sam
“ apaan sih? Pagi-pagi udah teriak-teriak. Cuma Sam ini” mama seperti tak peduli ada cowok yang masuk kerumah
Aku mengerenyitkan jidatku. Sam? Kok mama bisa tau nama cowok brengsek ini adalah Sam. Haduuhh kepalaku terasa pusing
“kamu kenapa Nan? Pusing ya? ayok istirahat lagi” Sam berniat mengajakku kembali ketempat tidur.
“nggak. Lo gak boleh masuk kamar gue. Gue bisa istirahat sambil duduk di sofa”
Akupun berjalan menuju sofa ruang tamu. Tak begitu jauh dari depan kamarku. Kami duduk berhadapan. Tak ada suara apapun, bahkan suara mamapun tak terdengar saat itu, hening.
“lo sakit apa?”tanya Sam memecah kesunyian
“sakit ati” jawab ku singkat
“sorry, masalah gue nampar lo itu gak sengaja. Sumpah gue bener-bener gak sengaja”
“it’s okey. Bukan itu yang bikin gue sakit ati. Lebih dari itu.”
“maksud lo apaan?” Sam mengerenyitkan dahi nya
Sialan cowok brengsek ini sok-sok gak tau lagi. ‘lo tuh Cuma jadi bahan taruhan kita aja, mana mau Sam sama cewek cupu kayak lo. Lo tuh Cuma bahan taruhan kita, ngerti’ akkhh sialan kata-kata Claudia lagi-lagi muncul dalam pikiran gue.
“ Maksud lo apaan apa nya? Yang bagian mana yang lo gak ngerti. Justru gue yang gak ngerti kenapa lo bisa setega itu sama gue. Claudia bilang gue ini Cuma bahan taruhan kalian aja. Taruhan apa? Motor? Mobil? Atau apa? Lo pikir perasaan suka gue sama lo semurahan itu. Hah?” emosiku meledak di iringi dengan derai tangis yang entah sejak kapan dimulainya.
“Claudia bilang apa sama lo? Taruhan?” Sam menghempaskan tubuhnya ke sandaraan sofa. “sini, ikut gue” Sam dengan paksa menarik lenganku.
“ gue mau dibawa kemana? Mama! Tolong! Nanda mau diajak kabur” aku berteriak. Please mom, help me.
Tubuhku rasanya pontang-panting di bawa Sam berlari. Tapi seperti nya dia membawaku ketempat yang tidak asing. Melewati jalan yang biasa aku lewati. Hei! Ini kan sekolah gue. What? Kenapa gue di ajak kesini? Gue...gue belum mandi.
Ia tetap tak peduli meski aku sudah menggigit tangannya, berteriak kalau dia penculik, Sam tetap tak menghiraukan aku. Sampai aku tepat dihadapan Caludia, Sam melepaskan genggamannya.
“Nanda” Claudia tampak terkejut dengan kedatanganku kesekolah yang masih memakai daster tidur bersama Sam.
“ulangi kata-kata yang lo ucapin sama Nanda waktu gue ngajak dia ke markas”
“ lo ngomong apaan Sam. Masih ngigok ya?”
“ cepet Claudia!” sekarang emosi Sam yang meledak
“lo apa-apaan sih? Gak jelas banget marah-marah didepan kelas. Trus kenapa kalo emang gue bilang sama dia, kalo dia Cuma taruhan kita aja. Kan emang itu kenyataannya. Emangnya Lo udah dikasih apa sama cewek murahan ini?”
‘plakk!!’
Sam
“jaga omongan lo ya? Nanda beda sama lo. Justru lo yang murahan. Lo berniat untuk misahin gue sama Nanda trus lo bisa ngemis-ngemis cinta sama gue sama kayak yang lo lakuin selama ini”
Claudia hanya menangis. Ini masalah apaan sie? Kok gue makin gak ngerti. Trus kenapa tiba-tiba tangisan gue berhenti?
“dulu emang kita berniat buat ngejadiin Nanda sebagai bahan taruhan. Itu udah 3 bulan yang lalu Clau, lagian gue juga gak mau kan. Karena lo tau gak? Jauh sebelum saat itu gue udah jatuh cinta sama Nanda”
Claudia hanya melongo. Aku juga. What? Gue gak salah denger kan? Sam suka sama gue dari sejak lama? Serius nih? Gue udah bangun dari tidur kan? Rasanya gue mau terbang.
Aku masih tak peercaya dengan kejadian tadi. Rasanya dunia akan runtuh dikepalaku, pusing karena bahagia. Dan sekarang saat aku dihadapkan dengan kenyataan bahwa Sam juga mencintaiku sejak lama, rasanya irama lup-dup jantungku berkejaran-kejaran.
“jadi sejak kapan lo jatuh cinta sama gue?” pertanyaan basa-basiku saat kami berbaring di rumput jepang taman kota sambil menatap birunya langit.
“ saat gue ngeliat tampang melongo lo pas gue manggung kemaren. Lo terpesona ya sama gue?” Sam tertawa, sambil berbalik menatapku.
Wajahku tiba-tiba memerah. Malu
“panas ya? Kok Cuma pipi lo aja yang merah” Sam lagi-lagi menggodaku.
Ku dorongkan tubuhnya kesamping. Wajahku pasti sekarang seperti udang rebus. Tapi Sam tetap menatap mataku. Tiba-tiba saja Sam mencium keningku. aku hanya tersenyum. Sam, thank buat kebahagiaannya hari ini.
“ Nan...” panggil nya
“ya”
“lo belum mandi kan?”
Upss. Iya gue lupa. Hahahaha