Tapi ada pengalaman unik dulu saat saya habisngapel ke tempat seorang gadis. Dengan sepeda motor saya berangkat dari Magelang pagi hari dan pulang sudah larut malam. Saat melintasi jalan antara Ambarawa dan Secang pada sebuah tikungan tiba-tiba muncul mobil dengan kecepatan tinggi berbelok mepet ke sebelah sisi kanan jalan, terangnya cahaya lampu mobil membuat saya tidak mewaspadai ada lubang ditepian jalan. Motor saya oleng dan saya tidak igat bagaimana proses jatuhnya. Tiba-tiba saja saya sudah berada dibibir juang. Dalam keadaan gelap gulita saya mencari sosok sahabt saya yang mengantar saya pada sang pujaan hati, ketemu, tapi motor rusak cukup parah, lampu mati, stang bengkok, dasboard patah, lukapun menganga lebar di telapak kaki.
Saya coba stater motor, setelah lama berhasil juga, motor saya say naikipelan-pelan. Sambil menahan sakit pelan-pelan menyusuri lembah dan jalan sepi antara ambarawa dan Secang. (Aduh betapa sengsaranyaperasaan saya waktu itu)
Di antara bunga-bunga cinta yang tengah berkembang perasaan kesal, menderita mengiringi perjalananku dengan sahabat satu-satunya waktu itu. Berjam-jam mengendarai motor yang stangnya sudah tidak balance lagi sambil memelototkan mata karena terang muncul saat ada obil melintas di depan saya. Mereka melaju dan tidak peduli dengan penderitaan saya. Beruntunglah saya bisa tiba sampai rumah dengan selamat.
Di Jakarta ini sebetulnya miris mengendarai motor. sifat ugal-ugalan, pelanggaran rambu-rambu lalu lintas nomor satu dilakukan oleh kendaraan bernama sepeda motor. Apalagi banyak pengendara dipermudah oleh tes-tes memperoleh surat ijin mengemudi. Ditambah mudahnya memiliki kendaraan roda dua ini dengan tawaran kredit ringan. Kalau dikalkulasi hampir tiap pintu minimal punya satu kendaraan roda dua. Saya sendiri sekarang punya dua Sepeda motor.
Bayangkan jika pada waktu yang sama di tempat yang sama, di jalan yang sama kendaraan itu keluar semua, sudah bisa dibayangkan jalan akan macet total. Jutaan motor meraung, klakson-klakson berbunyi sedangkan tidak satu sentipun jalan kosong.
Kebermanfaatan motor memang luar biasa untuk mengantar saya mencari sesuap nasi di Jakarta ini, tapi sayapun sempat ingin beralih ke lain hati. Saya menyukai kendaraan lain yang lebih ramah lingkungan. Sepeda angin. Selain menyehatkan juga membuat lingkungan hidup nyaman dan mengurangi polusi udara, tapi sampai saat ini Motor tetaplah kendaraan utama saya. Kecepatannya masih tetap nomor satu untuk mencapai tempat tujuan dengan cepat, hanya saya kadang benci saat bersepeda melihat perilaku pengendara motor yang seakan tidak peduli dengan keselamatan orang lain, berbelok tiba-tiba menyalib serampangan dan membuat jantung deg-degan jika tiba-tiba ada pengendara motor berusaha memancing emosi dengan menggeber gas di dekat saya. "Wah, Nantang Nih..."
Kepada Pengendara motor, hati-hatilah di jalan, taatilah peraturan lalu lintas agar terhindar dari kecelakaan fatal.(juga untuk diri saya sendiri).