Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Versi Dialog : Tuhan, mengapa mereka bisa begitu? (seri 1)

24 Februari 2011   07:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:19 482 2
Suatu pagi saat hujan gerimis, aku mencoba berdialog dengan Sahabat Kehidupan.

Aku : Tuhan, terima kasih atas anugerahmu untuk memeberi kesempatan aku hidup hari ini!

Tuhan : Tidak masalah, terima kasih kamu masih bisa bersyukur !

Aku : Bersyukur..... bagaimana aku bisa bersyukur, hari ini aku masih harus kerja tiap hari, masih ini ... masih itu....

Tuhan : Memang harus bagaimana ?

Aku : Tuhan, coba bayangkan hidupku saat ini, tiap pagi harus bangun pagi, mandi cepat-cepat, sarapan pagi pun kadang gak sempat. Belum lagi repotnya mengejar bis umum, behimpitan dengan orang lain dengan bau tubuh yang bermacam-macam. (Uh.... aku menghela nafas, mengambil nafas panjang sejenak).

Tuhan : Mhhmmn... (Tuhan mulai serius memperhatikan).

Aku semangat untuk berkeluh kesah setelah lihat Tuhan serasa udah siap mendengarkan semuanya.

Aku : Coba bayangkan perjalanku menuju kantor, kadang macet, bahkan menurut berita Jakarta makin macet dan tak terhindarkan lagi. Tuhan, perhatikan jalanan di Jakara saat ini. Belum lagi nanti aku telat di kantor, walau hanya telat lima menitan, tapi atasanku udah siap menyemprot. Belum lagi beban tugas kantor yang kadang gila-gilaan...  Tuhan ini baru separuh atau bagian kecil dari hidupku.

Tuhan : Terus?! (Wajah Tuhan makin serius saja)

Aku : (sambil berpikir dalam hati, apakah Tuhan serius mendengarkan aku?) Coba bayangkan... dengan beban yang segitu, bagaimana aku bersyukur?

Tuhan : Nak, apakah sudah selesai kamu bercerita ?

Aku : Iya itu baru sebagian! (Dengan nada sedikit membentak, sebab aku kesal, Tuhan kok masih kelihatan lemah lembut begitu).

Tuhan : Boleh Aku bicara sedikit ?

Aku : Silahkan dan kasih aku solusinya !

Tuhan : Aku akan bicara tetapi tidak kasih solusi.

Aku : Apa! ( Aku pikir, Tuhan ini gila, atau Dia juga menyerah dengan beban hidupku). Tuhan lihat orang-orang diluar sana yang hidup enak, kemana-mana pakai mobil, tidak usah bangun pagi-pagi, uang melimpah. Tuhan mereka bisa begitu ?

Tuhan : Sabar ya, aku cuma mau bercerita sedikit masa lalumu.

Aku mulai serius mendengarkan Tuhan, wajahNya sedikit serius sambil tatapan matanya memandang keluar Jendela.

Tuhan : Aku ingat  saat-saat engkau sangat diinginkan hadir didunia ini oleh kedua orang tuamu. Waktu itu mereka sudah punya anak, yaitu kakakmu sekarang. Kedua orang tuamu dengan segala upaya mencari solusi untuk mempunyai engkau. Sadarkah kamu, bagaimana harapan mereka disituasi yang Aku menganggap tidak mungkin.

Aku mendengarkan Tuhan bercerita, nafasku berangsur-angsur pelan, mataku terasa berkaca-kaca, tapi otakku berpikir : Tuhan sangat sentimentil. Aku tetap mendengarkanNya.

Tuhan : Tahukah engkau, bahwa kamu dengan kakakmu selisih 9 tahun?

Aku : Iya tahu ! (kayak gini aja ditanya, orang bego aja bisa menghitung selisih usiaku dengan kakakku)

Tuhan: Kedua orang tuamu memang masih hidup dalam perjuangan, ayahmu tidak berpenghasilan besar, ibumu juga harus bekerja. Mereka masih membiaya sekolah kakakmu. Tetapi mereka mempunyai keinginan kuat dan harapan besar akan kehadiranmu. Mereka mempunyai suatu keyakinan yang kuat yang saat ini telah engkau buat teori itu!

Aku : Teoriku? Yang mana? Tuhan, apakah itu?

Tuhan menghirup udara dan diam sejenak. Sambil menghirup segarnya pagi hari dia mulai bercerita lagi.

Tuhan : Apakah engkau sadar akan kekuatan keinginan kedua orangtuamu ?

Aku diam gak mengerti maksud Tuhan, sambil aku menghela nafas. Otak kanan dan otak kiriku kok serasa buntu dengan teka-teki ini.

Tuhan : Iya dengan segala upaya ayah ibumu melakukan banyak cara, dan satu hal yang penting, tidak meninggalkan doa-doanya. Tapi Aku sendiri kaget saat mendengar doa-doa mereka. Mereka dalam doanya selalu bersyukur untuk segala macam hal yang telah diterimanya di kehidupan mereka. Bahkan dalam akhir doa mereka menjelaskan upaya mereka menginginkan kehadiranmu bukan tidak mensyukuri telah mempunyai kakakmu, tetapi justru sangat sayang sama kakakmu. Mereka meminta kamu untuk hadir didunia sebagai teman maupun saudara bagi kakakmu. Supaya bila mereka berdua telah tiada, supaya kakakmu masih punya saudara kandung. Teman saling berbagi dalam suka maupun duka.

Aku tanpa sadar meneteskan air mata, tapi otak kiriku masih berlogika dan....

Aku : Aku tahu! Ibuku pernah bercerita, lalu apa hubungannya denga teoriku? teori yang mana?

Tuhan : Teori kamu yang luar biasa. Teori 3 personal power!

Aku bingung dengan segala penuturan Tuhan dengan hubungannya teori yang beberapa bulan lalu dalam permenunganku muncul ide itu.

Aku : Maksudnya ?

Tuhan : Kedua orang tua kamu sungguh luar biasa, ibumu seorang bidan yang sangat populer di desa ini. Ia pasti tau salah satu pendukung teorimu jauh sebelum kamu lahir. Dia mengerti itu, dan menganggap anak-anaknya adalah pemenang. Sedangkan ayahmu, orang yang luar biasa dalam menasehati orang lain untuk mengolah talenta hidupnya orang-orang tersebut.

Aku : lalu, aku gak mengerti apa maksud Tuhan.

Bersambung ....

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun