Kita berada di ambang reaksi,
Menghantarkan perpisahan dalam keseimbangan,
Saat sinar mentari meredup perlahan,
Meninggalkan jejak energi yang berkilauan,
Di atmosfer yang menggoda.
Kau, elemen yang mengisi ruang hampa,
Seolah-olah gaya yang menarik dalam medan gravitasi,
Membawa kisah dari titik singgah terjauh,
Namun kini, percepatanmu terhenti,
Pada titik nol yang mengejutkan,
Di mana masa depan dan kemungkinan berpadu.
Kutangkap sinyal dari muatan pandanganmu,
Menyiratkan sejumlah besar informasi tersembunyi,
Seperti foton yang melintasi gelapnya ruang,
Di antara bumi dan bintang-bintang yang mengelilingi,
Wajahmu adalah konstanta yang stabil,
Yang perlahan-lahan menghilang di balik kurva.
Aku adalah partikel yang meluncur,
Terpapar oleh medan yang menarik arahmu,
Merindukan sentuhan yang menghangatkan,
Di ujung hari yang tak terduga ini,
Namun, hukum alam berkata lain,
Memisahkan kita pada simpangan energi.
Kau, seperti radiasi yang melintasi medium,
Menghadirkan kilauan singkat namun memikat,
Dalam setiap interaksi yang kita lalui,
Ada tarikan yang tak terungkap,
Dalam setiap lintasan yang kita tempuh,
Terukir catatan yang tak pernah lenyap.
Kini, di bawah atmosfer yang berkilauan,
Kita mengucap selamat tinggal,
Dengan harapan yang mengendap,
Di horizon yang semakin memudar,
Meski gaya akan memisahkan,
Kenanganmu akan tetap tersimpan.
Dan saat malam datang merangkul,
Aku titipkan energiku pada medan ruang,
Agar perjalananmu terang benderang,
Walau pelukan terakhir ini,
Menjadi saksi bisu perpisahan,
Kisah kita abadi, dalam struktur waktu.