Sesekali si bapak membuka kertas dan aku amati ternyta di kertas itu tertulis huruf-huruf arab berisi doa-doa yang tak ku tahu maksudnya. Dan melihatku yang begitu heran padanya ia pun bercakap, saya mau ke tempat adek saya dan saya juga bawakan buku ini untuk kemenakan saya. Sambil memperlihatkan buku itu padaku. Ternya buku agama untuk anak-anak. Kemudian ia melanjutkan ceritanya. "Saya berusaha untuk selelu adil sama anak-anak saya. Bila saya mau kasi sesuatu sama anak saya, biasanya saya datengin anak saya sewaktu ia belajar di kamarnya. Dan saya kasi ia sesuatu sambil aku berbisik padanya "Nak ini untukmu tapi jangan kau kasi tahu yang lainnya ya termasuk saudara-saudaramu" Dan kalau satu anak saya kasi hadiah maka semuanyapun saya kasi dan aku berpesan yang sama pula sama semua anakku itu, jangan bilang satu sama lain kalo saya ngasi hadiah, dan mereka semunya pun manut, meskipun pada akhirnya mereka semua juga tau. Semua ini saya lakukan agar anak-anak semua merasa bahwa ia lah yang teristimewa di antara anak-anak saya yang lain dan ini akan memotifasi ia untuk belajar dan berprestasi. Dengan ia punya anggapan ia anak yang teristimewa maka ia akan berusaha buat jadi anak yang terbaik di antara saudara-saudaranya yang lain" Begitu tutur si bapak. Dan aku pun dapat belajar satu hal dari beliau jika kau ingin mengajarkan ataupun ingin membuat orang berubah, maka kasihlah ia perhatian yang lebih yang dapat menggerakan hatinya dengan penuh kesadaran tanpa ada paksaan, karena orang yang berubah karena paksaan, maka ia akan berubah kembali bersama hilangnya paksaan itu. ata bisa dikatakan, mungkin ia dapat berubah karena suatu sebab, namun ia bisa kembali buruk bersama hilangnya sebab itu.