Hallo gais, gimana kabarnya ? semoga selalu dalam keadaan sehat dan bahagia yaa heheheh....
Aku disini mau sharing sedikit pengalaman aku kuliah di IPB. Tapi bukan pengalaman kuliahnya yang akan aku ceritain, lebih tentang kegiatan non-akademik yang aku jalani selama masih menjadi mahasiswa. Jadi kalau ngga berkenan, boleh di skip yap.
Cerita ini diawali sejak aku duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat itu, mimpiku adalah ingin berkuliah dan naik pesawat secara gratis. Mimpi ini sedikit gila untuku, karena aku berasal dari keluarga sederhana dimana kakak dan orang tuaku ngga  pernah mencicipi bangku perkuliahan. Pendidikan kakaku hanya sampai SMP, sedangkan orang tua ku tamatan SD. Pergi naik kereta saja masih mikir 2x lantaran biaya yang mahal, apalagi naik pesawat.
Berawal dari mimpi yang gila tersebut, aku memberanian diri melanjutkan pendidikan ke bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Masa SMA-ku alhamdulillah tidak merepotkan orang tua, lantaran aku memperoleh besasiswa prestasi sehingga dibebaskan dari uang SPP. Saat di bangku SMA, aku mengikuti beberapa ekstrakurikuler seperti Karate dan Karya Ilmiah Remaja (KIR). Berkat kedua ektrakurikuler tersebut, kemandirianku semakin terasah. Melalui karate, aku berani untuk pergi ke kota sendiri hanya untuk latihan dan ujian kenaikan tingkat. Kemudian, berkat KIR aku bisa pergi ke luar kota, nginep di hotel, dan mengikuti berbagai perlombaan keilmiahan. Saat masa SMA, aku bersama teman-temanku merintis sebuah bisnis salep herbal hasil riset yang telah kami lakukan bersama guru pembimbing kami. Bisnis tersebut memang sangat menjanjikan, lantaran khasiat salep yang dapat menyembuhkan luka luar melebihi kemampuan salep pada umumnya. Namun, karena satu dan lain hal aku tidak melanjutkan bisnis tersebut.
Saat berada di masa SMA, beberapa temanku sudah berkesempatan naik pesawat untuk pergi keluar kota untuk mengikuti perlombaan mewakili sekolah. Sedangkan aku, aku masih stuck di lomba-lomba lokal. Aku merasa sangat insecure dan tak berguna. Merasa dunia ini begitu tidak adil. Merasa akulah orang yang paling menderita di dunia. *berchandyaaa.... berchandyaaa....
Nggak semenderita itu kok gais heheh. Intinya aku sedikit merasa kesal pada saat itu. Menurutku ini perasaan yang wajar dirasakan oleh anak remaja seumuranku pada saat itu. Aku mulai menguatkan doa dan iktiarku untuk mencapai mimpi kecilku itu. Berbekal wejangan yang disampaikan oleh guru kimia ku pada saat itu, aku mulai memantapkan hati. Guru tersebut memberi wejangan "DUIT SEJUTA" atau kepanjangan dari Doa, Usaha, Iman, Tawakal, Setia, Jujur, Tanggung Jawab. Point pertama adalah doa yang diiringi dengan usaha.
Singkat cerita, setelah melewati segala drama mengenai seleksi masuk perguruan tinggi negeri atau SNMPTN, aku dinyatakan lolos masuk kampus pertanian terbaik bangsa yaitu Institut Pertanian Bogor. Aku memilih jurusan Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Ini keajaiban yang membuatku sedikit shock. Diterimanya aku di IPB menandakan anak ini harus merantau selama berbulan-bulan lamanya. Tak hanya itu, berita bahagianya adalah artinya dalam keluarga ku sebentar lagi akan ada yang menjadi seorang sarjana. Aamiin Allohuma Aaamiin.
Perjalanan studi di tingkat pertama, aku fokuskan untuk meninggikan nilai IP sembari mencari mentor kepenulisan. Namun, perjalanan mencari mentor ngga mudah. Aku tak kunjung mendapatkan mentor hingga akhir tingkat pertama. Saat semester ini aku juga menyambi mengikuti kompetisi desain poster. Alhamdulillah, prestasi yang aku peroleh pertama kali saat menjadi bagian IPB yaitu Juara 1 Lomba Desain Naskah Al-Qur'an Museum Sunan Giri. Prestasi ini terus membakar semangat ku untuk mengikuti lomba-lomba lainnya.
Berlanjut di tingkat kedua, aku berhasil menemukan tempat bertumbuh di fakultas berupa pelatihan menulis essay. Aku dididik dan dilatih bagaimana cara untuk menulis yang benar serta membuat suatu inovasi dari tulisan tersebut. Pelatihan dilaksanakan secara intensif selama 2 minggu. Setelah mengikuti pelatihan tersebut aku mulai membangun rasa percaya diriku untuk mengikuti lomba menulis esay.
Saat itu, aku mencoba mencari informasi lomba esay dari instagram dan aku menemukan lomba yang cocok. Akhirnya tanpa pikir panjang aku mendaftar lomba tersebut.Lomba tersebut dilaksanakan secara offline di Nusa Tenggara Barat selama kurang lebih 3 hari. Tak berselang lama, daftar finalis yang akan mengikuti lomba di NTB pun diumumkan oleh panita. Alhamdulillah, aku menjadi salah satu bagian finalis tersebut. Lagi dan lagi, rasanya seperti mimpi.
Setelah pengumumn finalis, aku harus memutar otak untuk bisa pergi ke NTB dengan biaya sekecil mungkin. Aku mendapatkan arahan dari kakak tingkat untuk mencoba mengajukan proposal permohonan dana ke Direktorat Kemahasiswaan IPB. Setelah itu, aku harus melakukan wawancara dengan pegawai di direktorat untuk melakukan verifikasi. Alhamdulillah, proposalku diterima dan aku mendapatkan uang transport sebesar Rp. 2.400.000 untuk berangkat ke NTB. Aku merasa sangat senang sekali, akhirnya mimpiku keduaku bisa terwujud di kampus IPB.