Kalau kata Pandji Pragiwaksono, di buku "Berani Mengubah", doi tuh kalah macho sama mantan jenderal yang berkuasa 32 tahun lalu. Dari gaya kepemimpinannya sampai hobinya udah keliatan jauh bedanya. Bukannya meremehkan, tapi itu kenyataannya. Dua periode masa kepemimpinannya, nggak bawa perubahan yang besar (re: signifikan).
Waktu SD, pernah kebayang kalau tahun 2012 itu dunia udah kayak kota Metrocity di film Astro Boy. Ternyata nggak. Makin kumuh, kotor, dan timpang. Apalagi di kali kedua doi menjabat ini, gue rasa busuk-busuknya mulai keliatan.
Pertama, soal iklan "say no to korupsi" partai doi kan yang mengelu-elukan lewat layar kaca. Taunya sekarang, model iklannya jadi tahanan KPK semua. Kedua, BBM vs BLSM. Buat apa sih harga BBM naik tapi rakyat disuruh mempertaruhkan nyawa untuk uang 300ribu yang nggak tepat sasaran itu. Udah tau nggak efektif, masih aja digadang-gadang jadi solusi. Ketiga, kegagalan UN. Harusnya pendidikan tuh jadi nomor satu. Banyakin sponsor dan dana untuk riset. Kembangin energi alternatif. Orang Indonesia tuh banyak yang pinter, tapi nggak ada penghargaan dari pemerintah. Keempat, supremasi hukum belum ditegakkan. Salah satu korban tragedi semanggi 1 bilang, "Yang pasti untuk masa pemerintahan ini, saya nggak bisa berharap banyak. Memang sudah ada komisi khusus untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat masa lalu. Tapi sampai saat ini belum ada tindakan lebih lanjut. Itu tandanya, pemerintah memang masih takut untuk menyelesaikan kasus ini."
Mungkin masih banyak hal lain yang menunjukkan kalau doi memang bener-bener nggak macho.