Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Untuk Kita!

10 April 2012   06:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:48 91 0
Aku menatap wajah lelaki dihadapanku ini lekat-lekat. Mencoba mengingat siapa sebenarnya dia. Mata tajam namun sayu itu, hidung bengkok itu, senyuman di bibirnya, nafas yang beraroma rokok mint, bahkan rambut hitamnya yang berjambul dan sedikit berantakan, semuanya terasa familiar. Menyulut sebuah perasaan aneh yang memenuhi relung hatiku.

Ku gali serpihan kenangan yang mungkin tersisa di kotak memoriku, tapi aku tak menemukan apapun. Siapa lelaki tampan ini? Pernahkan aku mengenalnya?

"Kamu mengingatku, Nay?" tanyanya sambil mengangkat sebelah alisnya. Dia terlihat ... sempurna!

"Apa aku pernah mengenalmu?" tanyaku bingung. Kenapa aku tak menjawab pertanyaannya? Bodoh!

"Yes, setidaknya enam tahun yang lalu," jawabnya. Senyumnya mereda. Dihisapnya sebatang rokok di tangan kanannya.

"Enam tahun yang lalu? Siapa namamu?"

"Evan. Evan Prasastya!" dia memalingkan wajah dan menyandarkan punggungnya di sandaran bangku yang kami duduki saat ini.

"Evan? Bagaimana aku mengenalmu?"

"Ayolah, Naya! KIta sempat bertemu di bukit kupu-kupu." Penjelasannya membuatku mengernyit. Bukit kupu-kupu?

"Aku tidak ingat," jawabku sambil berdiri. Berniat meninggalkannya karena jam kuliahku akan segera dimulai.

"Tak ada satu pun yang dapat mengerti diriku, kecuali hatimu." ucapnya.

Aku membatu. Kata-kata itu, darimana dia mengetahuinya? Aku mendudukkan kembali tubuhku dan menatapnya. Ku putar memori enam tahun lalu yang samar-samar kuingat.

Senja itu, di bukit kupu-kupu. Aku melihat seorang lelaki yang melukis sebuah gambar aneh. Bukan pemandangan sekitar namun hanya goresan warna hitam yang mengelilingi daun berwarna putih. Tapi nama lelaki itu bukan Evan ... tunggu! Evan Prasastya. Lelaki ini Sastya?

"Kamu ... Sastya?" tanyaku. Dia mengangguk. Setetes air hangat meluncur kaku dipipiku. Siapa sangka aku bisa bertemu kembali dengan lelaki gila ini?

"Kemana saja kamu, hah? Menghilang tanpa kabar! Aku mencarimu. Aku ..."

"Kamu ... mencintaiku?" godanya. Pipiku memanas.

"Tidak untuk saat ini. Tapi aku ingin itu," aku balas menggodanya.

"I'll make it happen! Not just for you, but for us ...!"

-end-

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun