Pada hari Sabtu tanggal 25 Januari 2014 seorang sahabat yang berasal dari Thailand datang ke Palembang ingin melihat Pulau Kemaro yang melegenda itu. Pulau kecil yang terletak di tengah Sungai Musi tersebut memang unik dan menjadi daerah wisata yang menarik. Sekalipun lahir dan besar di Palembang, saya sendiri belum pernah pergi ke sana. Dan kedatangan teman saya ini momentum yang pas buat melihat pulau tersebut. Konon ceritanya pada zaman Kesultanan Palembang seorang Putri Raja bernama Siti Fatimah disunting oleh seorang Saudagar Tionghoa yang bernama Tan Bun An. Siti Fatimah diajak ke daratan Tiongkok untuk melihat orang tua Tan Bun An. Ketika pulang ke Palembang mereka dihadiahi 7 (tujuh) buah guci. Begitu sampai di Palembang dekat Pulau Kemaro mereka mau melihat hadiah yang diberikan tersebut, begitu dibuka Tan Bun An kaget karena isinya hanya sawi-sawi asin, tanpa berpikir langsung ditendangnya ke sungai, tapi guci yang terakhir pecah di atas dek perahu, ternyata isinya logam emas, Tan Bun An langsung melompat ke sungai mencari guci-guci yang sudah dibuang, lalu disusul oleh seorang pengawal. Melihat kedua orang tersebut tidak muncul-muncul, maka karena cintanya pada Tan Bun An, Siti Fatimah pun ikut lompat, ternyata tiga-tiganya tidak muncul lagi, lalu tumbuhlah pohon-pohon unik yang oleh masyarakat diberi nama pohon cinta. Penduduk di sekitar sering mendatangi Pulau Kemaro untuk mengenang mereka yang kisah cintanya dianggap cinta abadi.
di atas perahu ketek berlatarkan Jembatan Ampera (dok. pribadi)
Pulau Kemaro akhirnya menjadi terkenal dan dijadikan sebagai tempat ibadat bagi keturunan Tionghoa setiap setahun sekali saat Hari Raya Imlek dan Cap Go Meh yang perayaan antara hari ke 12 sampai ke 15 setelah Imlek. Tahun ini Imlek jatuh pada tanggal 31 Januari 2013, sehingga Pulau Kemaro mulai berbenah dan bersiap-siap menyambut kedatangan perayaan tersebut yang keramaiannya sangat membludak. Orang-orang yang datang ke Pulau Kemaro, tidak hanya yang bertempat tinggal di Palembang saja, banyak yang dari seluruh pelosok nusantara bahkan dari Malaysia, Singapore, Tiongkok, Cina dan lain-lain. Jadi wajar jika Pulau Kemaro nantinya akan penuh sesak seperti perayaan yang sudah-sudah.
kapal nelayan dan air sungai yang bergolak (dok. pribadi)
Itulah yang membuat teman saya sangat penasaran ingin melihat langsung keindahan Pulau Kemaro tersebut. Maka ditemani tiga orang anakku, karena yang satunya ada kegiatan di sekolah, kami pergi menuju Pulau tersebut. Begitu mobil di parkir di bawah Jembatan Ampera, seorang bapak-bapak langsung menyambut kami dengan menawarkan perjalanan wisata air bersama perahu ketek yang dimilikinyauntuk menuju Pulau Kemaro. Setelah terjadi kesepakatan harga yaitu Rp 200.000,- (dua ratus ribu rupiah), maka berangkatlah kami. Anakku Aisah sangat menikmati perjalan tersebut. Ia tak pernah memikirkan rasa takut, padahal ombak sangat besar dan arus air Sungai Musi sangat deras serta bergolak. Saya sendiri dipenuhi rasa was-was jika perahu ketek karam atau terbalik diterjang ombak.Tapi Alhamdulillahsopir ketek sangat terlatih melewati ombak-ombak tersebut. Menurutnya kalau ombak tinggi dan memiliki alur, maka perahu ketek harus menyesuaikan posisinya dengan alur ombak tersebut, tapi kalau ombak kecil dan tidak beraturan sebaiknya posisi perahu ketek harus berhadapan langsung untuk memecah ombak. Waduh, nambah ilmu saya dalam hal menghadapi ombak.
rumah panggung dan rumah rakit di pinggir Sungai Musi (dok. pribadi)
Sepanjang perjalanan kami disuguhi dengan pemandangan pinggiran Sungai Musi yang beraneka ragam bentuk bangunan. Ada yang berupa gedung tinggi, ada rumah-rumah penduduk, baik yang menggunakan tiang kayu dan berdindingkan papan, maupun rumah rakit yang banyak terapung di pinggir Sungai. Rumah Rakit merupakan salah satu pemandangan yang unik, dimana pondasi bangunan terbuat dari bambu-bambu besar yang dijalin sedemikian rupa, kemudian di atasnya didirikan rumah yang terbuat dari papan dan atap rumbia atau seng. Setiap ada ombak rumah tersebut ikut bergoyang, dan tinggi rendahnya mengikuti pasang surutnya air Sungai Musi. Luar Biasa.
aisah tak menunjukkan rasa takut (dok. pribadi)
Selain pemandangan tersebut kami melewati Pelabuhan Boom Baru dengan kapal-kapal besar yang sedang berlabuh menggunakan jangkar. Di sana juga terdapat kapal pesiar yang sedang singgah. Kami berlintasan dengan beberapa Jetfoil yang menuju ke Pulau Bangka maupun ke Pulau Batam. Kemudian kami melintasi pabrik PT Pusri yang sangat terkenal itu. Di sana juga banyak kapal-kapal besar yang sedang berlabuh untuk mengangkut pupuk ke seluruh pelosok negeri. Di seberangnya tampak Lapangan Golf milik PT Pertamina Plaju. Tampak beberapa orang sedang bersama rumputnya yang hijau. Sungguh pemandangan yang indah. Ternyata bangunan di pinggir Sungai Musi sangat menarik jika dilihat dari jalur sungai, berbeda ketika saya biasa menyusuri pinggiran Sungai Musi melalui jalan darat, nampak jelas segala kesemrawutannya.
pintu gerbang Pulau Kemaro (dok. pribadi)
Setelah melewati pabrik PT Pusri terlihatlah oleh kami Pulau Kemaro dengan Pagodanya yang menjulang di kejauhan. Air Sungai Musi semakin bergolak, mungkin karena arusnya yang mulai membentur pangkalan pulau tersebut. Sopir perahu ketek sangat hati-hati dalam menepikan armadanya. Arus di dermaga yang deras cukup mengkhawatirkan, tapi kenek perahu ketek mampu melompat terlebih dahulu dan menambatkan tali perahu ketek sehingga kondisi menjadi aman dan stabil. Kami pun melompat ke dermaga menuju daratan pulau yang luasnya sekitar 5 hektare tersebut.
lampu lempion di sepanjang jalan (dok. pribadi)
Setelah melewati pintu gerbang dengan ucapan Selamat Datang, kami menyusuri jalanmenuju tempat ibadat dan Pagoda yang terletak di tengah pulau. Lampu-lampu lempion menghiasi sepanjang jalan. Masuk ke tempat wisata tersebut gratis alias tidak dipungut biaya sepeserpun. Hanya saja seorang wanita tua yang duduk di pelataran Pagoda perlu juga dikasihani untuk diberikan recehan, sepertinya ia penduduk pulau yang merangkap sebagai penjaga atau petugas kebersihan Pagoda.
mejeng sejenak berlatarkan pagoda (dok. pribadi)
Sesampai di pelataran bangunan Pagoda dan tempat ibadat yang terdapat di Pulau Kemaro, saya berdecak kagum, kupikir ini tidak kalah menariknya dengan bangunan-bangunan yang terdapat di Tiongkok atau di Cina Daratan sekalipun. Bentuknya unik dengan warna cerah dan terang membuat bangunan terlihat indah dan megah. Beberapa penduduk sudah mempersiapkan tempat untuk berjualan saat Cap Go Meh datang kelak. Walaupun demikian, sebagian sudah berjualan secara menetap di tempat ini. Kuliner yang disajikan tentu saja makanan khas Palembang, seperti empek-empek, tekwan, model, celimpungan dan lain-lain, juga terdapat minuman baik kemasan, maupun kelapa muda yang di sini dikenal dengan sebutan dogan.
aku, foza, febi dan aisah serta Reena sahabat dari Thailand (dok. pribadi)
Saya melihat, anak-anakku sangat puas bisa datang ke sini, maklum kalau tidak kedatangan tamu dari Thailand, mungkin mereka tidak pernah datang ke pulau ini. Karena selama ini saya sendiri tidak berani mengajak mereka, mengingat arus Sungai Musi yang sangat deras dan bergolak. Tetapi hari ini semua tuntas sudah kekhawatiran itu, walaupun mungkin saya tidak akan mengizinkan mereka pergi ke tempat tersebut tanpa pengawasan langsung dari saya, sungguh lagi-lagi saya katakan bahwa arus sungai sangat gila dan menakutkan.
menikmati es kelapa muda (dok. pribadi)
Namun,tidak dengan teman saya tersebut. Ia begitu menikmati dan tampak puas setelah menuntaskan rasa penasarannya terhadap Pulau Kemaro yang keunikan lainnya adalah, sekalipun Sungai Musi mengalami air pasang yang tinggi, pulau ini sama sekali tidak banjir, padahal tanah di daratan Plaju maupun di daratan PT Pusri atau Kalidoni sudah tergenang air.Untuk para pembaca saya sarankan, jika ingin pergi ke pulau ini lebih baik di saat perayaan Cap Go Meh,karena Pemerintah Daerah Sumatera Selatan akan membuat jembatan terapung dari ponton atau tongkang kapal yang menyatukan Dermaga Pulau Kemaro dengan Dermaga di ujung Polsek Kalidoni yang terletak di Jalan Dr. Ir. Sutami. Semoga bermanfaat.
monumen sejarah legenda Pulau Kemaro (dok. pribadi)