Fenomena Taipan Hary Tanoe yang menjadi rebutan Partai Politik menjadi catatan tersendiri perpolitikan Nasional, kepentingan Parpol atas Hary Tanoe mengindikasikan kuatnya hegemoni Uang dan Media mempengaruhi pimpinan parpol, jejak Hary Tanoe sebelumnya tidak dikenal dalam politik, tiba-tiba menjadi Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem. Tambah terkejut lagi, tiba-tiba mengundurkan diri. Lalu seakan menjadi magnet, jadi rebutan parpol.
Fenomena Menurut Kwik Kian Gie ini dianggap aneh, tidak punya latar belakang politik, tapi direbutkan parpol. Mengindikasikan Sistem Politik yang Tidak sehat. Namun apa yang
diraih hary Tanoe sebagai magnet politik dengan kekuatan Uang dan Medianya tentu bukan prestasi yang tiba-tiba turun dari langit.
Perbedaan Magnet Hary Tanoe dan Suryadharma
status Taipan pengusaha multi dimensi dengan seabrek sayap Perusahaannya menjadi sangat wajar untuk mulai menyentuh dunia lain yakni berpolitik, dibandingkan umumnya latar belakang politisi kita yang mungkin tidak punya record ata jejak Usaha riil tapi secara tiba-tiba bisa memilki kekayaan luar biasa, jadi fenomena yang cukup Aneh bin ajaib hanya karena dia tiba-tiba menjadi ketua umum Partai atau menteri maka otomatis dia bisa memiliki kekayaan luar biasa, tentu dianggap menginjak Akal Sehat.
Keanehan itulah yang terjadi pada suryadharma Ali seorang menteri Agama sekaligus Ketua Partai PPP, yang bisa melejitkan kekayaannya berlipat-lipat ganda dalm kurun waktu 3 tahun, sebagai Politisi maka Suryadharma tidak punya jejak sebagai Pengusaha apalagi sekelas Hary Tanoe, wajar jika dianggap Aneh dalam sekejap kekayaanya yang tahun 2009 hanya berkisar 5,7 Miliar tetapi di tahun 2012 dia sudah bisa menyumbang 25 Miliar sebagai Infaq 5 persen dari kekayaannya ke Partai PPP. Jika sekelas Hary Tanoe yang menyumbang kita tidak akan kaget, tapi ini yang menyumbang Menteri Agama dimana seluruh dunia tahu kekayaa dia Cuma 5, 7 miliar. Pertanyaanya uang itu darimana?
Kalo kehadiran hary tanoe jadi magnet dianggap indikasi politik yang tidak sehat, maka istilah apa yang cocok bagi Politisi yang dalam waktu sekejap bisa mengantongi triliunan dana? Istilah Politik dagang Sapi menjadi fakta massif dalam perpolitikan, tap beda halnya suryadharma, kekayaannya bisa menembus diatas 1 triliuan karena posisinya sebagai Ketua Partai PPP dan Menteri Agama berpolitik untuk dagang Agama. Maka jika Tanoe adalah magnet bagi Parpol maka Suryadharma merupakan Magnet bagi Perbankan dan Pengusaha. Sebab Suryadharma Dengan dana Ummat 50 Triliun diperebutkan oleh perbankan yang sudah siap dengan "Karpet Hijau" buat sang Menteri.
Hasilnya sungguh diluar dugaan, kekayaaan Suryadharma tahun 2009 hanya total 5,7 miliar namun kurun waktu 3-4 tahun melonjak hingga triliuanan tentu sebuah kejaiban!. Bahwa anehnya hary Tanoe jadi bintang Politik Indonesia saat ini dapat dianggap karena budaya politik kita yang belum biasa, namun yang tidak pernah dianggap ada keanehan bagaimana lonjakan dahsyat kekayaan seorang politisi semacam Suryadharma bisa terjadi hanya karena dia Politisi dan menteri yang Gajinya ketahuan jumlahnya.
Kenyataan yang harusnya wajar jadi aneh dan begitupun sebaliknya, Pengusaha berpolitik Dianggap Aneh tapi Politisi yang Berdagang Politik apalagi berdagang Agama malah dianggap Prestasi dan Wajar, Integritas seorang Tanoe yang berlatar Interpreneur yang memasuki ranah Politik tentu dapat diketegorisasi keinginan mengaktualkan Ide Perubahan bagi bangsa sebagaimana sering dia kampanyekan, sosok Tanoe dapat eksis sebagai Magnet dan sekaligus darah Segar perbaikan mental dan budaya perpolitikan Indonesia.
Umumnya perpolitikan Indonesia masih dikelilingi oleh politisi yang menggunakan Profesi Politiknya untuk mendulang dan merampok secara Legal Triliunan Uang Rakyat secara massif dan terorganisir, khususnya Fenomena AJaibnya; Suryadharma Menteri Agama dari Parpol Agama yang setiap detik bukannya menebar ketenangan bagi Rakyat, tapi satu sisi menggunakan kapasitasnya menjadi terror bagi Rakyat dan Magnet Bagi Perbankan. Akhirnya Inilah Prilaku salah satu penyebab yang membuat simbol agama malah menyeret partai Agama tidak hanya dalam semarak pesta penyimpangan kekuasaan tapi riskan telah memperdayai kepercayaan Rakyat atas issu Agama, yang tegak membusung dada khususnya di lembaga kementerian Agama.