Penulis hanya ingin bicara hal yang paling sederhana saja. Berguru dari video konferensi di Dubai 25 Februari 2022. Yang dikirim Ir.Isnawan dari PANDI langsung dari lokasi konferensi minggu kemarin. Konferensi di Dubai ini, telah memaksa membuat jadwal ulang presentasi domain my.id di beberapa tempat. Semoga kisah ini, bisa bermanfaat meminimalisir pengerahan masa di Kunjungan Edufair dan Job Fair di Harris Convention Hall Summarecon Bekasi, Jl. Boulevard Barat Kav. JA 002/02 RT. 001/011 Marga Mulya Bekasi Kota.
Dari Konferensi Dubai, tampak jelas bukan hanya dunia pendidikan yang terdampak dari sulitnya melakukan tatap muka. Para pelaku usaha justru menjadi salah satu kelompok yang paling terdampak, dengan keterbatasan melakukan tatap muka ini. Sesungguhnya semua sendi-sendi kehidupan memang terganggu.Oleh karenanya semua individu, harus belajar memanfaatkan teknologi demi melanjutkan produktivitas di tengah pandemi, antara lain melalui hybrid meeting. Terobosan ini, harus dimulai dari dunia pendidikan. Agar orangtua dirumah yang gatek (gagap teknologi) bisa bersinergi juga dengan anaknya. Polanya bisa meniru Konferensi Dubai dan Rakornas KPK di Jakarta.
Hybrid meeting (rapat gabungan) yang mendukung keamanan diri sendiri, dalam berbagai kegiatan. Sangat tepat dilakukan di era pandemi saat ini. Walaupun Omicron tidak sebahaya Delta dan Virus lainnya. Yang memaksa semua manusia beraktifitas dari tempat tinggal saja.
Dengan hybrid meeting, konsep pertemuan tak terikat di lokasi tertentu. Hybrid meeting berarti gabungan dari partisipasi secara langsung dan virtual, online, atau cloud. Dalam dunia pendidikan ada bleded learning, merupakan perpaduan online dan ofline. Dikala sebagian siswa melakukan PTMT (Pertemuan Tatap Muka Terbatas) yang lain mengikutinya lewat zoom. Atau aplikasi webex
Hybrid meeting juga seperti hal di atas. Sebuah rapat bisa ofline, dihadiri beberapa orang di dalam ruang yang disediakan panitia. Sementara peserta lain bergabung dari rumah atau lokasi lain. Seperti tampak dalam video pelengkap tulisan ini. Yang diambil dalam suasana konferensi di Dubai Tanggal 25 februari 2022. Hal demikian sudah rutin dilakukan di sekolahan. Bedanya dalam sebuah manajemen di dunia usaha tidak terjebak tradisi kemonotonan.
Tema "Suasana Konferensi di Dubai 2022" ini diangkat. Agar program di Dinas Pendidikan yang telah dibuat itu, bisa berjalan kembali dengan lancar. Bahkan dapat dinilainya cukup baik, berkat inovasi mengikuti pola yang diterapkan dunia industri.
Tidak usah ambisius mengerahkan jumlah masa yang spektakuler. Karena Virus Omicron sedang mengintai. Sehingga program SKB 3 Mentri, tentang PBM tatap muka terus berubah-ubah. Dari mulai penerapan PTM 100% diubah menjadi PTMT 50% dan akhirnya kembali PJJ. Bahkan banyak kegiatan dibatalkan.
Memang seharusnya program pendidikan terus ditingkatkan dengan inovasi baru. Menjawab tantangan global, yang terus berkompetisi. Jika dunia pendidikan ingin menyelenggarakan kegiatan, perlu dirancang secara matang. Biar tampak terkesan sepi-sepi saja, namun mengendap mengintai peluang. Sepinya seperti di video pelengkap tulisan ini. Tapi programnya harus tepat sasaran, dan kompak. Semua personil bergerak sesuai bidangnya, menjawab tantangan yang sedang berkembang. Mesin organisasi harus berjalan lancar dengan berbagai inovasinya.
Mengapa tulisan ini dibuat? Karena banyaknya program acara di dunia pendidikan tersendat. Sejak Omicron gelombang 3 merangkak naik, tarik ulur kopling dan rem begitu sangat rapat. Program kumpul-kumpul dalam PBM mulai dihentikan sementara waktu. Bahkan tanpa ada kepastian batasan waktunya. Salah satu diantaranya Program EduFair di KCD3 Jawa Barat, untuk siswa kelas tiga SMA/SMK yang mau melanjutkan kuliah atau mau mencari pekerjaan. Mungkin peristiwa ini merupakan penomena gunung es di skala nasional. Untungnya di sekala satuan pendidikan sudah banyak yang melaksanakan kegiatan sejenis.
Maka penulis mengangkat tema "Berguru dari Konferensi Dubai 2022." Mencermati share video suasana konferensi Internasional yang langsung dikirim dari Dubai oleh Ir.Isnawan dari PANDI. Tepatnya pada tanggal 25 Februari 2022. Konferensi Internasional di Dubai itu tampak sangat sederhana. Tapi layak ditiru.
Dalam video yang terkirim itu, pesertanya hanya tampak belasan orang saja di ruangan itu. Dengan layar yang berderet di berbagai sudut ruangan. Mengacu pada konsep Hybrid meeting, tentu di balik itu, banyak sekali individu terlibat. Walau kita tidak paham entah ada berapa puluh tempat yang setingannya seperti itu.
Bahkan mungkin lebih banyak peserta yang memantaunya dari rumah tinggal di seluruh pelosok dunia. Karena bentuknya virtual. Mungkin banyak tempat yang dirancang setingannya seperti itu. Yang utama adalah hasil dari konferensi itu tentu akan mewarnai dunia. Seperti tulisan yang anda baca ini mengajak berinovasi.Mungkin ada pertanyaan dari orang awam. Bahkan bentuknya kritik menggelitik. "Jika acaranya hanya virtual seperti itu, mengapa dari Indonesia dan dari berbagai negara harus datang di Dubai?" Karena yang kita lihat, bentuknya virtual? Justru hal Inilah yang layak dikaji oleh pecinta dunia pendidikan kita(seperti konsep blended learning). Dibalik layar, bisa saja ada tatap muka dan MOU.
Mencermati kegiatan skala internasional di atas. Dunia pendidikan dapat mengadopsinya untuk urusan lokal di dunia pendidikan. Lebih detilnya kelak kita diskusikan dengan pelakunya Ir.Isnawan dari PANDI. Semoga bisa dibuka untuk umum di acara NGUPING#4
Untuk sementara, penulis mencoba meraba-raba kegiatan skala internasional di atas, berdasarkan pengalaman di tempat lainnya. Jika diramu dalam bahasa sendiri sbb:
Pertama, sesuaikan dengan anggaran yang ada agar kegiatan efektif dan efisien. Bicarakan dengan sponsornya. Jika biaya ditanggung peserta upayakan agar berkeadilan.
Dua, pesertanya merupakan individu yang punya kompetensi. Jika dicermati dari video itu, tampak lintas bangsa. (dapat diterka dari wajah dan sosok peserta). Sepertinya mereka yang hadir itu manusia pilihan dari berbagai suku dan ras. Entah dari negara mana saja. Yang jelas mereka "simbiosis mutualisme"
Tiga. Saat acara dimulai, suara pembicara begitu jernih terdengar. Suasana ruangan tampak sangat nyaman, peserta antusias menyimak presentasi. Hal sederhana inilah yang perlu kita soroti dan mungkin harus ditiru oleh dunia pendidikan kita. Pelayanan prima atau berorientasi kepada kepuasan pelanggan.
Empat. Janganlah ingin tampak terlihat gebyar dan spektakuler (riya). Biarkan kegiatan tampak sunyi, sepi saat acara dirancang. Semua harus sesuai perencanaannya Atur agar peluang berkerumun sangat tipis kemungkinannya. Desainnya harus diatur sangat matang. Tidak ada pengerahan masa berlebihan yang bisa melanggar SOP dan protokoler Covid-19. Peserta semuanya dibuat nyaman.
Lima. Fokus pada hasil. Perlu diingat bahwa proses tidak akan mengelabuhi. Agar dakhsyat hasilnya, dan viral perlu diliput oleh media. Prestasi panitia dokumentasi dan publikasi bisa dilihat dari banyaknya pemberitaan. Ditandai spektakuler di berbagai media dalam liputannya. Tentu karena bobot isi materi pertemuan. Yang utama itu bermanfaat untuk orang banyak. Para penulis saling mengutif dari resume kegiatan ini.
Enam. Rancang agar dahsyatnya laksana Bom Nagasaki dan Hirosima. Karena bobot materi begitu dibutuhkan. Dilengkapi dengan liputan media. Jika materinya berbobot biasanya akan terus-terusan jadi pembicaraan dan pergunjingan. Mungkin melampaui batas waktu Apalagi jika semua guru dan siswa semua menulisnya seperti di domain my.id. yang sedang masip dilakukan.
Tujuh. Gunakan media yang muncul di mesin pencari google. Semakin banyak pembacanya akan muncul di peringkat atas. Inilah latar pentingnya domain my.id. Karena semua tulisan di domain ini, jika dishare ke medsos akan mudah dilacak mesin pencari.
Melihat suasana penyelenggaraan konferensi internasional dalam video di atas. Tampaknya semua orang bisa merealisasikannya, dengan mudah. Kita bisa menirunya dengan tata ruang dan perangkat elektronika yang linknya bisa dipertanggung jawabkan. Harus bisa menjamin tanpa ada kendala berarti.
Jika benar WCCE 2022 akan diselenggarakan di Bali. Seperti unggahan akun Instagram @khalejesque, Jumat (9/12/2021). Hal ini seharusnya jadi bahan kajian dunia pendidikan. Dnia pendidikan harus berupaya berdampingan dengan dunia industri.