Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Training Center Aplikasi Linux: Sabar, Sabar, Sabar

10 Desember 2010   05:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:51 143 1
Terlalu cinta mungkin bikin buta. Mungkin juga sih, karena kadung sumpah dan janji, apapun mesti dilakukan. Susah senang mesti dimaklumi. Cerewet ribet dan ngambek mesti difahami. Ini berlaku untuk saya yang sekarang membuka training center untuk Linux. Secara fakta, karena kebiasaan memakai window yang tinggal klik semuanya beres, duduk diam tinggal restart system. Tarraa!!!... aplikasi yang anda install pasti nangkring dengan manis di start menu program. Tidak ada hambatan apapun, kecuali satu. Aplikasi yang diinstall dipeluk virus trojan duluan.

Satu kejadian yg pernah bikin saya keki dengan linux. Ketika Training SPSS (Statistical Program for Social Science) Kebetulan mulai bulan November tadi sudah angkatan kedua. Training Angkatan pertama berjalan mulus tanpa hambatan, maklum pake windows, no problem. Semua SPSS bersahabat diseluruh PC. Siswa yang komplain cuma nanya jawaban kertas ujian, yg tidak ada hubungannya dengan troubel aplikasi.

Kekinya begini. Saya menggunakan sistem operasi Linux variant Vector Linux. Sistem operasi ini dipilih karena ringan dan tidak terlalu banyak memakai resource hardisk dan memory. Selain itu ia dapat beroperasi dengan PC kelas pentium II. Dan kebetulan ada PC jadul yg masih bagus bisa diinstall vector Linux. Untuk Training Aplikasi linux perkantoran tidak ada masalah. Installasi SPSS for Linux pun tidak jadi problem. Yang jadi masalah adalah ketika program SPSSnya yang berbasis Linux dengan eksistensi Bin berjalan di sistem operasi Vector Linux.

Rewelnya Vector Linux mulai kelihatan. Aplikasi SPSS sering kali “server not responding”, setelah input data seringkali Hang. Output data kadang-kadang jelas kadang-kadang nggak. Padahal dua hal ini yang terpenting. Semua training untuk SPSS selalu berkaitan dengan Input data dan outputdata. sebenarnya loading aplikasinya sendiri Vector Linux terutama untuk versi 6.0 Voyager terbilang cepat. Namun ditengah program berjalan sering hang seperti yang saya ceritakan.

Apalah daya. Sudah terlanjur terinstall. Training harus tetap berjalan sampai akhir. Sementara untuk installasi OS baru dan menguji kestabilan memakan waktu. Dan sudah tentu akan menggangu proses training itu sendiri. Dengan sedikit permakluman SPSS di Vector Linux tetap saya paksakan. Hingga training berakhir.

Pada angkatan kedua ini, saya ambil keputusan, mengubah semua sistem Operasi, yang semula Window menjadi Linux, Semuanya full Linux Termasuk untuk training SPSS. Bukan tanpa alasan mengubah semua sistem operasi tersebut. Pertama sebagai warga negara indonesia yang taat hukum memakai window bajakan adalah pelanggaran terhadap undang-undang yang telah dibuat oleh pemerintah. Bukannya sok idealis, paling tidak sedikit membentuk karakter mental untuk tidak korup pada undang-undang yang diberlakukan negara. Sementara untuk beli windows yang asli mahal bro. Kalau dikumpulan uangnya 20 pc milik saya kurang lebih 20 juta. Mending ditabung buat investasi atau beli PC baru.

Alasan kedua, saya masih percaya teori John Naisbit. Tentang global paradox, John Naisbit menjelaskan bahwa situasi ekonomi global akan menyempit dalam persaingan unit-unit kecil. Termasuk ekspansi usaha yang menguasai unit unit mikro. Dari semula yang ekslusive kemudian melirik ke wilayah wilayah partial yang lebih spesifik dan kemudian menguasainya. Teknik dagang menyesuaikan diri dengan kebiasaan perilaku masyarakat. Jadi ekspansi tidak lagi dilihat secara makro tapi mempelajari prilaku kebiasaan individual di tiap tempat juga kebiasaan kebiasaan sasaran wilayah ekspansi. Maka perusahaan kelas bergengsi menanggalkan rasanya malunya untuk masuk ke marketing yang lebih privacy, berkenaan dengan karsa dan perasaan personal manusia.

Dan bisa dilihat apa yang terjadi sekarang. Brand-brand populer seperti KFC, MC Donald, Pizzahut, Sampoerna dan brand sekelas menyentuh unit terkecil itu. Maksudnya adalah mengusai masayakat kelas menengah kebanyakan. Menyesuaikan dengan karsa dan rasa mereka pada saat memakai produk.

Tidak menutup kemungkinan juga berlaku pada opensource. Karena penghematan biaya terutama untuk lembaga bisnis berkeinginan untuk punya Operating System sendiri, yang tentunya disesuaikan dengan keperluan bisnisnya. Untuk company dengan group besar mempunyai Operating system sendiri memberikan kesempatan untuk integrated ke anggota group usahanya. Baik itu data maupun aplikasi lainya. Terutama untuk sistem keamanan dan penghematan anggaran. Selain itu... punya Operating System sendiri membuat company ada kebanggaan dan bergengsi serta menaikan citra kelasnya dalam persaingan dunia usaha.

Dan itulah .. kenapa saya tetap memakai linux.. walaupun agak ribet atau cerewet di banding windows yang lebih mudah. Lagi pula... sudah kadung cinta.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun