Minggu lalu, tepatnya hari selasa kliwon Dia bermimpi didatangi oleh seorang pria berperawakan besar dan bersinar putih menyala, seorang pria itu berkata bahwasanya -Surga ada di atas Bukit. ya, benar. surga ada di atas bukit pikirnya.
"mengapa orang itu bisa-bisanya berkata padaku bahwa surga ada di atas bukit? apa-apaan itu, memangnya aku ini orang bodoh yang bisa dibohongi dengan iming-iming keindahan-keindahan surga, surga yang berada dekat dengan rumahku, karena bukit itu ada di belakang rumahku, bukit itu pun tak berada jauh dari rumahku, dengan merangkak saja aku bisa sampai di puncaknya dengan cepat" ujarnya dalam hati.
Namun terlihat dari gerak-geriknya, bahwa dia masih saja memikirkan tentang mimpinya itu, mimpi yang dianggapnya bukan sekedar mimpi, mungkin dia merasa bahwa itu merupakan sebuah wahyu yang diberikan Dewa melalui mimpinya atau bahkan mimpi tentang harapan-harapan yang indah bak cerita dalam dongeng kanak-kanak yang hanya menceritakan tentang kebaikan, kejujuran serta cerita tentang kekuasaan raja-raja yang baik, tapi pada kenyataannya setelah mereka dewasa... -pikiran mereka tidak dihadapkan pada masalah-masalah yang akan dihadapinya kelak, masalah rumit tentang kedewasaan, yang tidak kuat dalam menghadapi masalah akan terseleksi oleh pikiran-pikirannya sendiri, pikiran tentang nglalu, yang dilakukan di kamar mandi, di atas menara, di gedung-gedung pencakar langit. ya, nglalu untuk bisa menuju sebuah surga yang diidamkan semasa kanak-kanak dulu, tentang cerita keindahan surga yang selalu didongengkan kepada anak oleh orang tuanya.
***
Malam telah berlalu, kokok pejantan kian lantang serta mentari pun telah berada di atab rumahnya haripun berganti pagi, namun Dia masih saja memikirkan mimpi itu, mimpi yang hadir sejak dua hari yang lalu. Dia merasa setelah mendapat mimpi aneh itu dia tak lagi bermimpi, tak lagi bermimpi tentang apapun, tidurnya seperti jalan lurus, samasekali tak ada mimpi yang hadir disetiap tidurnya.hingga sampai suatu saat Dia mengalami konflik, konflik antara batin dan pikirannya sendiri, antara keyakinannya dan rasa penasarannya, entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini, tapi Dia bersikeras untuk datang menuju ke atas bukit itu, dimana bukit itu adalah letak adanya surga dalam mimpinya.
"Dik, aku akan berangkat mencari surga di atas bukit" ujarnya kepada istrinya, istrinya selama ini tidak pernah mendengar hal-hal aneh yang diucapkan olehnya, biasanya dia membicarakan tentang hal-hal yang sewajarnya saja, namun istrinya merasa hari ini suaminya begitu berbeda dari hari-hari sebelumnya, dia merasa bahwa suaminya menjadi aneh setelah mimpi itu, seperti orang kesurupan saja batinnya
"Mau ngapain kamu mas, mbok nggak usah aneh-aneh kamu itu, surga kok ada di atas bukit, apalagi bukit dibelakang rumah kita, aneh kamu ini mas. letak surga itu yang tahu hanya Tuhan mas, apa kamu meragukan keberadaanNya, ha?"
"bukan begitu Dik, tapi ini mimpi..."
"mimpi apa? mimpi konyol, mimpi aneh, mimpi yang menjerumuskan orang-orang sepertimu mas. Akupun dulu juga pernah bermimpi dibunuh oleh Bapakku sendiri, tapi itu hanya sebatas mimpi mas?!!"
"ya, tapi aku penasaran Dik, aku hanya sekedar ingin menengoknya"
"berarti kau percaya dengan mimpimu?
"bukan begitu Dik, tapi..."
"tapi, apa?
"tapi.. ah sudahlah, aku hanya ingin menengok surga, titik!!"
"ternyata kamu mulai pikun rupannya mas, pikun dengan ideologimu, pikun dengan keyakinanmu, pikun dengan rasa sayangmu kepadaku, pikun dengan kelembutan tutur katamu mas, kamu telah pikun mas, kamu benar-benar sudah pikun. Sudahlah terserah kamu mas, carilah sepuas hatimu surga yang berada di atas bukit itu ?!!"
"terimakasih Dik, aku berangkat dulu" tanpa bersalaman dengan istrinya, dia langsung bergegas mengambil topi dan tongkat untuk segera naik menuju bukit di belakang rumahnya itu.
***
"Apakah aku sudah dikalahkan dengan mimpi-mimpi mas Surya, ternyata mimpinya lebih berharga dari padaku" pikir istrinya -apakah sebaiknya aku panggil dukun untuk mengobati kepikunannya itu ya?
Di tengah perjalanannya menuju bukit dia bertemu dengan istrinya yang menginginkannya untuk mengobatkan penyakit pikunnya itu pada dukun tetangganya, dukun yang dikenal paling bisa mengobati segala macam penyakit.
"mas, kamu masih akan menuju bukit itu?" ujar istri padanya
"iya, mengapa tidak"
"apa kau yakin mas?"
"yakin"
"aku akan membelikan semua yang kamu inginkan mas, asalkan kamu jangan naik ke bukit itu"
"aku tetap akan naik ?!!"
"aku akan memberikan semua padamu mas, akta tanah, warisan orangtuaku, sawah, atau apapun yang kamu inginkan mas"
"T.I.D.A.K. aku tidak butuh, kau tahu itu !??"
"rupanya kamu telah benar-benar pikun mas, ayo ikut aku"
"kemana!??" dengan mengerutkan keningnya, penasaran apa yang akan dilakukan oleh istrinya
"ayolah, ikut saja denganku?!!"
"kemana, aku tidak mau, aku akan tetap naik ke atas bukit itu"
"kau sudah tidak percaya dengan keyakinanmu mas?
"percaya!!"
"makanya ayo ikut aku mas!??"
"iya, kemana?"
"ke rumah mbah griwo mas"
"mau ngapain kerumah dukun itu, ha? kau sudah tidak percaya dengan keyakinanmu?!!"
"nah, bukankah naik bukit untuk mencari surga juga melanggar ideologi serta kepercayaanmu mas?"
"iya, tapi aku akan tetap naik ke atas bukit ?!!"
"sudahlah mas, terserah kamu !!"
dengan langkah cepat dia bergegas menuju bukit di belakang rumahnya, entah mengapa dia merasa bahwa keberadaan bukit itu sangatlah jauh dari biasanya, sangatlah berbeda ketika dia masih sering bolak-balik antara puncak bukit menuju rumahnya untuk mengambil kayu, bahan bakar memasak istrinya dulu.
Dia masih saja berjalan, dengan tekad yang berkilat-kilat seperti halnya halilintar ditengah hujan yang lebat, kebulatannya untuk sampai keatas bukit sangatlah membuatnya semangat, rasa penasaran akan surga dalam mimpinya itu yang membuatnya tetap berjuang melawan rasa lelahnya.hingga sampai separuh perjalanannya dia barulah benar-benar merasakan kecapaian yang begitu, terik matahari membakar kulitnya, dahaganya tak tertahankan lagi, hingga sampai pada saat itu lewat seorang petani kebun karet yang membawa bekal minum dia meminta sedikit untuk melepas dahaganya.
"mau kemana pak? kok ngos-ngosan begitu?" tanya petani itu padanya
"oh, mau mencari surga pak""surga?"
"ya, surga"
"saya akan memberikan segalanya pak jika bapak sampai di surga itu"-benar-benar orang bodoh, mencari surga kok di atas bukit ujar petani itu dalam batinnya
selepas pembicaraan itu, petani itu langsung berjalan menghiraukannya sendiri di atas bukit, petani itu berpikiran bahwasanya mungkin dia adalah seorang gila yang terobsesi pada keindahan surga.begitupun dia, tanpa peduli dengan apa yang diucapkan petani itu dia langsung melanjutkan perjalanannya ke atas bukit itu.
alang-alang, tanah lapang, serta pohon-pohon besar yang ada di atas bukit telah menantinya dalam mimpinya yang lalu, tapi kini yang ada dalam kenyataannya hanyalah batu besar menghadap ke barat dan kolam air yang bersih.
lantas dia berpikir, apa yang harus kulakukan disini?
Prambanan, 20-maret-2012