Sudjojono hidup kembali. Setidaknya itu yang saya rasakan saat mengamati lukisan-lukisan perupa Dirot Kadirah yang dipamerkan di Tugu Kunstkring Palaeis 31 Desember 2013 – 12 Januari 2014 bersama dengan para perupa Atika Hariyadi, Shohieb Toyaroja dan Yopi Hendiana.
Wawasan mendalam di balik lukisan-lukisan Sudjojono yang mencerminkan pergulatan batin seseorang dengan lingkungan berikut kebiasaan-kebiasaannya amat kuat membayangi lukisan-lukisan Dirot. Seperti juga lukisan-lukisan Sudjojono, lukisan-lukisan Dirot mencerminkan pelukisan obyek-obyek tertentu secara rinci, lugas, serta tulus.
Dirot dan Sudjojono
Garis dan warna-warna tegas menghiasi nyaris keseluruhan lukisan-lukisan Dirot yang kebanyakan melukis aktivitas sehari-hari masyarakat pesisir seperti panorama laut, keuletan nelayan, aneka jenis ikan, dan suka duka menjadi keluarga nelayan.
Komposisi garis dan warna dalam lukisan-lukisan Dirot menyiratkan “warna-warna gotik” yaitu permainan warna yang membuat lukisan memiliki aneka lapisan makna irasional dan asing; obyek-obyek alami dibetot dari bentuk-bentuk alamiahnya menjadi bentuk-bentuk baru yang aneh. Di samping itu, warna-warna gotik juga menyiratkan hasrat dan sensualitas (Bdk Margaret Cohen, 1993:3-4).