Persoalan boleh tidaknya mengucapkan selamat natal oleh seorang muslim pada mereka umat yang merayakan natal kalau terlalu diperdebatkan panjang lebar saya pikir justru akan terkesan menimbulkan permusuhan. Ini adalah persoalan akidah dan keyakinan.
Ada baiknya kita yang masih gontok-gontokan membahas perihal ucapan selamat ini segera untuk dapat menyudahi saja perdebatan, toh mereka yg merayakan natal tanpa saudara-saudara muslim mengucapkan pun juga tak ada pengaruhnya dan mereka tetap dapat merayakan natal dgn khidmat. Begitu juga sebaliknya ketika muslim merayakan idul fitri tanpa diucapkan selamat oleh mereka umat non muslim pun juga tidak akan ada masalah dan kita tetap dpt merayakan hari raya idul fitri dgn khidmat juga.
Jadi intinya menghormati umat lain merayakan hari besar agama mereka juga tak harus dgn saling mengucapkan selamat. Cukup dengan tidak berdebat keras yang menjurus pada permusuhan dan pertikaian, lalu bersama-sama saling bantu menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan rumah kita saya rasa itu jauh lebih baik ketimbang berdebat lagi, berdebat lagi utk sesuatu yg bersifat keyakinan semacam ini.
Mengenai karyawan muslim terutama berjilbab yang diharuskan oleh perusahaan memakai topi santa klaus sebaiknya kebijakan perusahaan tersebut juga perlu direvisi dan tak lagi memaksakan mereka memakai atribut demikian. Toh di eropa dan amerika dimana notabene mayoritas beragama non muslim perusahaan disana juga tak pernah memaksakan karyawan memakai Surban atau atribut muslim ketika hari raya idul fitri. Jadi kenapa kita di Indonesia harus ikut-ikutan memakai topi santaklaus?
Sekali lagi, saya yakin tanpa diucapkan selamat natal oleh umat muslim ataupun tanpa menggunakan topi santa klaus pd karyawan muslim pun, bagi mereka yang merayakan natalpun tidak akan merasa terganggu dan tetap dpt merayakan natal mereka dengan suka cita kebahagiaan.
Jadi intinya marilah kita saling mengerti dan saling menghargai akidah dan keyakinannya masing. Bagiku agamaku, bagimu agamamu. Dengan tidak memperkeruh suasana atau tak mengganggu perayaan natal mereka dengan hal-hal yg bersifat SARA apa lagi kekerasan saja saya kira sudah cukup berarti bagi mereka, dari pada sekedar harus berdebat untuk sekedar ucapan "selamat".
Menghormati perayaan hari besar keagamaan umat lain tak harus dengan mengucapkan selamat atau mengenakan atribut agama tertentu. Bagi saya walaupun tak mengucapkan selamat sekalipun kita akan tetap menjadi teman baik. Pengalaman saya bekerja di rumah sakit milik yayasan katholik, saat perayaan natal tanpa mengucapkan selamat pun mereka para karyawan dan dokter non muslim tahu kalau saya menghormati hari besar mereka dengan hanya sekedar mau diajak tukaran jadwal kerja ( seumpama di hari itu mereka dokter yang sedang merayakan natal harusnya bertugas, maka dokter muslim bersedia menggantikan mereka, sebaliknya ketika saya merayakan idul fitri saya diberi libur cukup untuk merayakannya dan teman sejawat non muslim yang menggantikan saya). Hal-hal kecil seperti ini saya kira cukup menunjukkan bahwa kita saling mensupport dan menghargai perayaan hari besar masing-masing tanpa perlu mengucapkan "selamat" sekalipun.
salam persatuan Indonesia,
dr. Wahyu Triasmara