Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy

Hepatitis B Vs Tenaga Kerja

13 Januari 2010   04:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:29 4544 0
Seorang pemuda yang berbadan tegap, masuk keruang praktek bersama dengan ibunya. Air muka mereka berdua terlihat demikian seriusnya, senyum pun tidak terlihat menghiasi wajah mereka. Setelah mengucapkan salam si pemuda mengeluarkan selembar hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan HbsAg positif. Dok, gara-gara selembar surat ini, hilang sudah harapan saya membahagiakan orang tua saya yang tinggal satu ini, nama saya dicoret dari daftar tenaga kerja yang hendak dikirimkan ke Dubai. Saya didiagnosa menderita Hepatitis B dan harus segera mendapatkan pengobatan. Padahal saya tidak merasa sakit sedikitpun. Mohon dokter memberikan obat yang bagus dok, biar hasil pemeriksaan ini menjadi negatif sehingga saya dapat kembali bekerja.

That's it...ini bukan kejadian pertama kali yang saya temui..Beberapa perusahaan dan kebanyakan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) menjadikan HbsAg sebagai salah satu item wajib pemeriksaan kesehatan. Dan jika positif/reaktif maka pupuslah harapan calon tenaga kerja tersebut untuk bekerja.

Virus hepatitis merupakan virus yang "menyerang organ hati, mempunyai banyak anggota keluarga yang mempunyai sifat berbeda-beda, mulai dari hepatitis A, B, C, D, E, dan G. Hepatitis B ini sendiri merupakan infeksi pada hati yang disebabkan oleh Virus dari keluarga Hepadna virus. Virus hepatitis B ini lebih infeksius dibandingkan dengan hepatitis yang lain bahkan dengan HIV sekalipun. Ada satu tulisan yang merumuskan "role of three", artinya jika seseorang terpapar darah yang mengandung virus, maka kemungkinan terkena hepatitis B adalah 30 %, kemungkinan terkena hepatitis C adalah 3 % dan kemungkinan terkena HIV adalah 0,3 %. Jadi kemungkinan terkena HIV sebenarnya lebih kecil jika dibandingkan dengan hepatitis B.

Apakah hanya dengan satu pemeriksaan HbsAg yang positif saja bisa dijadikan acuan untuk menetapkan vonis ?

Untuk menetapkan diagnosis hepatitis B, tidak cukup dengan hanya mengandalkan HbsAg. Ada beberapa pemeriksaan lagi yang harus dilakukan yaitu HbeAg, anti anti-Hbe, dan HBV-DNA serta pemeriksaan fungsi hati SGOT dan SGPT atau yang sekarang lebih dikenal dengan AST dan ALT. Untuk awalnya coba kita lihat makna satu persatu dari jenis pemeriksaan tersebut :

1. HbsAg : ini merupakan pertanda bahwa telah terjadi infeksi hepatitis, bisa infeksi akut maupun infeksi kronis

2. Anti-HbsAg : merupakan antibodi untuk HbsAg, yang mana jika positif berarti telah terbentuk kekebalan terhadap hepatitis, bisa merupakan respon dari vaksinasi maupun respon terhadap infeksi.

3. Ig M Anti HBc : pertanda hepatitis akut

4. HBeAg : pemeriksaan ini berhubungan dengan tingkat "keaktifan" dari virus sehingga jika positif berarti kemampuan menginfeksi dari virus hepatitis B cukup tinggi

5. Anti HBeAg : antibodi terhadap HbeAg, yang mana jika positif berarti kemampuan menginfeksinya "kebanyakan" adalah rendah.

6. HBV DNA : merupakan pertanda jumlah virus hepatitis, sehingga makin tinggi kadarnya maka makin tinggi kemampuannya menginfeksi.

7. ALT/SGPT : merupakan pertanda kerusakan dari sel hati.

Kembali pada kejadian diatas, HBsAg yang positif berarti ada dua kemungkinan yaitu kemungkinan suatu Hepatitis B akut atau Hepatitis B kronis. Untuk itulah dilakukan pemeriksaan tambahan seperti tersebut diatas. Dikatakan Hepatitis akut jika selain HBsAg positif, juga disertai IgM antiHBc yang positif. Dikatakan hepatitis B kronis jika HBsAg + lebih dari 6 bulan dan juga disertai peningkatan ALT/SGPT yang menetap. Hepatitis B kronis sendiri dibagi menjadi 2 lagi berdasarkan pemeriksaan HbeAg, yaitu yang HBeAg positif dan HBeAg negatif. Jika HbeAg positif, berarti terjadi perbanyakan virus hepatitis B yang aktif, sedangkan jika HbeAg negatif tidak selalu berarti tidak terjadi perbanyakan virus, sehingga jika HbeAg negatif diperlukan pemeriksaan HBV DNA untuk mengetahui jumlah virus yang beredar.

Untuk itulah pasien diatas disarankan memeriksa beberapa pemeriksaan tambahan guna mengetahui, sebenarnya beliau perlu diobati atau tidak karena untuk menentukan perlu diobati atau tidak, ada "rasionalisasinya" tersendiri. Pada contoh diatas, jika harapan pasien adalah HBsAg nya menjadi negatif (istilah medisnya serokonversi), dokter terlebih dulu akan menentukan sebenarnya pasien ini Hepatitis B Akut atau Hepatitis B kronik, karena kalo hepatitis B akut, 97 % pasien dewasa akan mengalami perubahan HBsAg menjadi negatif (serokonversi) secara spontan, sedangkan jika hepatitis B kronis maka serokonversi ini relatif jarang, kemungkinannya hanya 0.8-2% per tahun.

Jadi kenapa seorang tenaga kerja harus dibatalkan kemungkinannya untuk bekerja hanya karena hepatitis..Kalau menurut hemat saya ini karena pihak perusahaan tidak mau menanggung biaya pemeriksaan dan pengobatan untuk hepatitis yang bisa dibilang sangat mahal (lain dengan HIV yang obatnya disediakan secara gratis)..Jadi sebenarnya hepatitis juga masalah yang cukup besar disamping HIV.
Semoga Bermanfaat

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun