Tiga minggu sebelum pemilihan presiden RI 2014, liputan media dan perhatian masyarakat kelihatannya semakin meningkat. Blogs, posting status, tweets di sosial media semakin marak dan sering mengundang diskusi panas di antara pendukung kedua kubu calon presiden. Saya dengar cerita ada orang yang sampai memutuskan “persahabatan” dengan teman facebooknya karena tidak satu kubu, atau anggota keluarga yang menghindari berbicara sampai pemilu selesai karena setiap kali topik pemilu ini keluar, emosinya menjadi tidak terbendung. Dalam sejarah demokrasi Indonesia yang masih muda (terutama pemilihan presiden secara langsung yang tahun ini baru ketigakalinya), belum pernah terlihat tingkat perhatian dan emosi, bahkan kemarahan calon pemilih, yang setinggi ini. Walaupun debat capres/cawapres menarik untuk diikuti, bagi saya reaksi dan komentar pendukung dari kedua kubu pasca debat jauh lebih menarik karena lebih mencerminkan level kematangan demokrasi kita.