Tak heran, Samue Eto'o mantan rekan Messi di Barcelona di tahun 2004-2009 mengatakan bahwa andaikata Messi benar-benar hengkang dari Barca, Barca mesti ganti nama.
Kekalahan Barca dari Bayern Munchen (2-8) menjadi hantaman yang sangat dasyat di kubu Barcelona. Hantaman seolah puncak dari degradasi Barca di beberapa tahun terakhir di Eropa.
Messi, yang merupakan andalan tim sekaligus kapten tim menjadi sasaran kritik. Dia tidak berkutik pada laga di Liga Champions ini.
Sepulang dari Lisbon manajemen klub mencoba berbenah. Pelatih kepala, Quique Setien menjadi sasaran tembak pertama. Dipecat selepas hanya 7 bulan di kursi pelatih Barca. Lalu, manajemen juga memecat direktur olahraga Eric Abidal.
Manajemen klub pun segera membawa pengganti Setien. Ronald Koeman.
Mantan salah satu pemain di era Johan Cruffy. Koeman nekat melepas kursi pelatih timnas Belanda demi Barca. Padahal, Koeman sudah berhasil membawa timnas Belanda ke piala Eropa.
Sekali lagi, penentuan Koeman sangat lekat dengan keinginan klub yang mencari pelatih ber-DNA Barca. Koeman dinilai sebagai sosok yang tepat untuk mengembalikan kejayaan Barca. Terlebih lagi, Koeman pernah dilatih oleh Cruffy.
Tidak sampai di situ, beberapa pemain senior dan bergaji besar masuk dalam daftar jual. Hanya beberapa pemain yang tidak boleh disentuh, termasuk Lionel Messi.
Akan tetapi, tersiar kabar jika Lionel Messi ingin hengkang dari Barcelona. Walaupun kontraknya berakhir di 2021, Messi seolah tidak tahan dengan kondisi di Barca.
Messi pergi dari Barca bisa menjadi salah satu headline di musim transfer ini. Beberapa klub berpeluang untuk mendapatkan tanda tangan yang berjulukan La Pulga ini. Inter Milan, Manchester City, dan PSG adalah sederetan klub yang dinilai bisa membayar harga dari pemain timnas Argentina.
Andaikata Messi benar-benar pergi dari Barca, ini merupakan pukulan telak bagi manajemen Bartomeu. Bagaimanapun, walau sudah menginjak usia 33 tahun, Messi tetap mempunyai kontribusi besar bagi Barcelona.
Pada musim ini saja, beberapa kali Messi memberikan warna berbeda pada penampilang Barca. Persoalannya, Messi tidak memiliki rekan yang bisa mengimbangi penampilannya.
Begitu pun sebaliknya, akan sangat sulit bagi para fans untuk melihat anak kesayangan klub itu berseragam tim lain. Apalagi kelak datang ke Camp Nou sebagai lawan. Pastinya, ada kenangan manis dan rasa kecewa.
Apakah Messi benar-benar pergi dari Camp Nou? Bukan rahasia lagi, jika niat Messi untuk pergi dari Camp Nou berkaitan erat dengan ketidaksukaannya pada manajemen klub di bawah kendali Jose Bartomeu. Messi menilai bahwa manajemen klub seolah tidak mempunyai rencana yang jelas dalam mengatur klub.
Contoh yang paling jelas adalah kehadiran Pjanic dan kepergian Arthur. Dari sisi usia, Arthur masih mempunyai masa depan yang panjang di Barca. Sementara itu, Pjanic sudah menginjak usia ke-30 tahun.
Selain itu, Barca gagal membawa pulang Neymar ke Camp Nou. Messi menilai bahwa Neymar memenuhi kriteria yang bisa mengubah permainan Barca di saat dirinya absen dari tim ataukah melempem apabila dikunci pemain lawan.
Ini adalah beberapa situasi yang membuat Messi agak kecewa berada di Barca. Menyatakan diri untuk pindah klub tentu saja kerugian besar bagi Barca.
Para suporter pasti kecewa besar. Presiden klub bisa menjadi sasaran kritik karena tidak bisa meyakinkan Messi dengan proyek tim selepas hantaman keras di Liga Champions.
Kehadiran Koeman terlihat belum menyenangi Messi. Pastinya, Messi menginginkan sesuatu yang lebih besar. Bukan saja, mengganti pelatih atau menjual dan mendatangkan pemain.
Akan tetapi, itu bisa berupa revolusi di dalam klub sendiri. Termasuk, barangkali kerendahan hati Jose Bartomeu dan timnya turun takhta dari kursi presiden.
Apakah yang akan terjadi? Messi pergi ataukah Bartomeu turun takhta?
Messi pergi menjadi pukulan serius bagi Bartomeu. Bartomeu turun takhta bisa saja menjadi cara untuk berbenah termasuk upaya meyakinkan Messi untuk tetap tinggal di Camp Nou.