Klaim penemuan obat Covid-19 bukanlah hal baru selama krisis pandemi krisis korona. Tidak sedikit beredar pendapat dan klaim tentang obat dan ramuan yang dinilai manjur dalam mengatasi penyakit Covid-19.
Akan tetapi, sampai detik ini tidak ada satu pun obat dan ramuan itu yang diakui secara internasional. Dengan kata lain, belum ada yang berhasil mengatasi penyakit Covid-19 secara masif. Malahan, yang terjadi adalah jumlah kasus terus bertambah saban hari.
Pelbagai pendapat dan klaim hanya seputar spekulasi semata. Tidak ada uji medis yang akurat dan teliti. Bahkan beberapa di antaranya sudah lenyap bersama waktu. Yang paling penting saat ini adalah patuh mengikuti protokol kesehatan sembari menanti vaksin yang diakui secara medis.
Pelbagai spekulasi tentang obat Covid-19 tentunya menimbulkan pelbagai komentar dan reaksi dari masyarakat. Reaksinya berbeda-beda. Klaim Hadi Pronoto sendiri malah berujung pada tuntutan hukum karena dinilai menyebarkan hoaks.
Namun, tidak sedikit orang yang menerjemahkan secara langsung klaim tentang obat korona. Tanpa peduli pada keabsahannya secara medis, orang-orang malah cepat percaya.
Misalnya, persoalan di Iran. Tidak sedikit orang yang menilai jika alkohol diyakini bisa menjadi penantang penyakit Covid-19. Karena ini, banyak orang yang membeli alkohol dan mengonsumsinya laiknya sebagai obat untuk menanggulangi Covid-19.
Padahal, tidak semua kategori alkohol bisa dikonsumsi secara langsung. Alih-alih ingin terhindarkan dari penyakit Covid-19, banyak nyawa yang terengut karena mengonsumsi alkohol tidak mengikuti aturan medis (Aljazeera.com 27/4/20).
Selain itu, beberapa pemimpin dunia juga kerap mengeluarkan komentar-komentar yang membingungkan bagi masyarakat.
Barangkali kita masih ingat saat Presiden AS, Donald Trump sempat mengusulkan untuk meminum disinfektan jika itu bisa membunuh virus korona. Pernyataannya ini melahirkan pelbagai reaksi tim medis karena dinilai bisa menyesatkan bagi masyarakat.
Lalu, dari Indonesia sempat muncul kalung eucalyptus yang dinilai bisa menangkal virus korona. Tidak tanggung-tanggung, kalung ini dipromosikan oleh figur publik sendiri.
Pastinya, melihat siapa yang mempromosikannya, publik bisa merasa yakin. Padahal, apa yang dipromosikan itu belum tentu sesuai dengan realitas yang ditawarkan.
Semua ini adalah fenomena yang terjadi selama masa pandemi. Fenomena yang menyatakan jika sudah ada penangkal virus korona. Akan tetapi, faktanya apa yang ditawarkan itu tidak menjawabi persoalan yang terjadi.
Lantas, apa sebab fenomena Hadi Pranoto dan pelbagai fenomena lainnya hadir ke ruang publik?
Hemat saya, ini bisa menunjukkan kondisi kejiwaan manusia. Ada harapan agar persoalan virus korona berlalu dari kehidupan sosial. Manusia membutuhkan kepastian di hadapan krisis. Namun, apa yang diharapkan itu tidak mendapatkan solusi yang tepat sasar.
Hadi Pranoto hadir membawa klaim jika obat virus korona sudah ada. Klaim ini seolah membawa kepastian di tengah situasi masyarakat yang tidak pasti.
Sejauh ini, pihak medis masih belum memberikan jawaban final tentang antibiotik Covid-19. Banyak masyarakat tahu belum ada vaksin, sementara di pihak lain situasi menjadi sulit karena krisis pandemi korona. Situasi sulit kadang menghadirkan ketidakpastian.
Maka dari itu, ada upaya untuk mencari jalan pintas walaupun jalan itu berseberangan dengan kriteria tertentu, seperti kriteria medis. Memang, ini memberikan penghiburan. Akan tetapi penghiburan itu bersifat sesaat, dan bisa menjebak masyarakat pada prilaku yang salah.
Persoalannya, saat apa yang dihadirkan itu menimbulkan kesesatan di tengah masyarakat. Masyarakat masuk pada pola pikir dan tingkah laku yang salah. Persoalan kian rumit saat itu melenyapkan nyawa masyarakat sendiri.
Memang, pandemi korona menghadirkan situasi yang rumit bagi masyarakat. Vaksin belum ada. Sementara itu, masyarakat ingin agar menjalani hidup sebagaimana mestinya. Masyarakat butuh kepastian di tengah situasi kristi.
Tidak heran, fenomena seperti Hadi Pronoto muncul. Muncul untuk memberi penghiburan dan kepastian, walaupun itu hanya berlaku sesaat dan tanpa uji medis yang akurat dan rasional.
Pada satu sisi, masyarakat bisa terhibur karena hadirnya solusi. Akan tetapi, ini bisa menjadi persoalan jika solusi itu malah menghadirkan persoalan baru.
Hadi Pronoto hanyalah salah satu figur atau salah satu fenomena pada masa pandemi krisis korona. Fenomena ini terlahir di tengah situasi sulit di mana masyarakat membutuhkan kepastian di tengah situasi krisis saat ini.