Di sini satu grup yang tergabung grup LGBT membuat inisiatif kecil. Mereka terdiri dari 7 orang. Ketujuhnya berinisiatif untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Setiap mereka menyumbang paling kurang 2 juta. Kemudian, uang yang terkumpul itu digunakan untuk membeli kebutuhan pokok seperti beras, mie, biscuit dan makanan kaleng lainnya.
Kebutuhan pokok ini dibagi kepada beberapa keluarga yang membutuhkan di beberapa desa. Aksi sederhana tetapi itu membahasakan kemurahan hati. Di tengah situasi sulit, orang belajar tentang solidaritas.
Selain itu, tidak sedikit negara yang dianggap mampu membantu negara yang membutuhkan. Seperti misal, bagaimana negara Korea Selatan membantu negara kita, Indonesia berupa alat perlindungan diri (APD) untuk pekerja medis. Padahal Korea Selatan masih mengalami situasi yang sama.
Sikap saling membantu inilah yang dibutuhkan saat ini. Toh, pandemic Corona bukan saja terjadi pada satu tempat. Sudah lebih dari 150 negara yang menemukan kasus Corona ini.
Inilah juga yang menjadi perhatian dari Ellen Johnson Sirleaf. Ellen Johnson Sirleaf merupakan presiden pertama di benua Afrika. Selama masa kepemimpinan di negara Liberia, dia pernah berhadapan dengan ancaman penyebaran virus Ebola di tahun 2014-2016.
Melansir surat yang ditulis oleh Ellen Johnson Sirleaf di BBC. News (30/3/2020), dia menulis tentang situasi ancaman virus Ebola dan bagaimana melawan penyebaran virus Ebola di negaranya selama masa kepemimpinannya.
Menurutnya, saat persoalan Ebola sudah mengancam Afrika Barat, Ellen Johnson Sirleaf melakukan pendekatan kepada negara-negara lain. Dia menulis surat ke dunia untuk meminta bantuan berupa personil kesehatan dan sumber daya yang mereka miliki.
Dalam suratnya itu, dia meminta untuk menciptakan persatuan secara global. Menurutnya, persatuan secara global dibutuhkan karena virus Ebola bisa saja menyerang negara-negara lain.
Karenanya, sebelum virus Ebola menyebar ke negara-negara lain, Ellen Johnson Sirleaf menilai untuk mencegah virus itu selagi masih berada di Afrika. Seruan permintaan bantuan itu dijawab secara positif oleh dunia.
Badan Kesehatan Dunia (WHO), Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara Amerika Serikat menjawab permintaan untuk mencegah penyakit Ebola di negaranya. Alhasil, wabah Ebola itu dilawan bukan oleh satu negara tetapi lewat kolaborasi antara peneliti dari seluruh dunia.
Bertolak dari pengalaman melawan virus Ebola, Ellen Johnson Sirleaf menilai kalau hal yang sama bisa dilakukan dalam melawan penyebaran virus Corona. Memang, sebagian besar negara Afrika belum terlalu berdampak dari serangan virus Corona. Tetapi menurutnya, benua Afrika hanya menunggu waktu menjadi tempat penyebaran virus Corona.
Menurutnya, kekeliruan terjadi dalam menanggapi penyebaran virus Corona dari Asia ke Eropa dan Amerika Serikat. Kekeliruan itu terjai saat informasi disembunyikan, dibatasi untuk kalangan tertentu dan dimanipulasi. Akibatnya banyak orang yang kehilangan kepercayaan.
Karena hal ini, banyak orang yang menjadi cemas dan ingat diri. Padahal di tengah situasi seperti ini, setiap orang mesti tinggal bersama dalam satu komunitas. Setiap orang mesti bersatu sebagai komunitas untuk melawan penyebaran virus Corona.
Di tengah wabah virus Corona, persatuan antara satu sama lain sangat dibutuhkan. Setiap orang dan negara melawan persoalan hal yang sama.
Persoalan ini tidak dilawan sendiri. Persoalan ini dilawan bersama. Persatuan dan kebersamaan itu nampak saat ada sikap saling membantu antara satu sama lain.
Ya, saat ini kita membutuhkan solidaritas antara satu sama lain. Penderitaan sesama karena Covid-19 tidak dipandang sebelah mata dan bahan lelucon. Sebaliknya, hal itu dijadikan momen untuk menggerakan hati untuk saling membantu.
Salam.