Kasus pertama yang saya catat adalah dalam lomba SDM Migas, yang ternyata nominasi pemenangnya dilakukan berdasarkan pesan pribadi, mungkin per telepon atau sms. Kehadiran dalam acara Seminar atau apalah namanya di Jakarta dan kemudian menuliskan dalam tulisan di Kompasiana ternyata menjadi salah satu penilaian pemenang. Mekanisme pemilihan pemenang, juga pengumuman nominasi, dan kemudian jumlah pemenang yang tidak sesuai dengan pengumuman yang disampaikan sebelumnya ini memicu banyak pertanyaan dari Kompasioner sebagaimana dapat disimak dalam kolom komentar pengumuman pemenang tersebut. Alasan yang disampaikan sepertinya terkait waktu yang sangat mepet. Kalau itu alasannya, bagaimana aspek manajemen waktu yang dilakukan, kalau toh tahu terlalu mepet dan tidak dapat dilaksanakan, mengapa dipaksakan? Memang tidak dapat diundur atau dialihkan waktunya? Beberapa pertanyaan itu tentu menjadi pertanyaan banyak Kompasioner yang kecewa dengan mekanisme yang terlihat tertutup dan tidak transparan tersebut.
Kasus kedua adalah dalam undangan Presiden Jokowi kepada beberapa Kompasioner, yang tulisannya dimuat dalam beberapa Headline belakangan ini. Saya heran, kapan ada woro-woro atau pengumuman akan adanya acara itu? Kalau itu sebuah undangan, mengapa Admin Kompasiana tidak menuliskan besar-besar sebagaimana biasa, karena toh ini sebuah prestasi cukup membanggakan diundang seorang Presiden. Kalau itu bukan undangan, lalu metode apa yang digunakan untuk seleksi? Sepengetahuan saya, tidak pernah ada proses pengumuman dan transparansi semacam itu, tapi tiba-tiba ada berita-berita dari beberapa Kompasioner yang tentunya sangat bangga dengan momen itu. Mencermati mereka yang diundang, maka dapat dengan mudah dapat dilihat bahwa ini adalah semacam jumpa fans, atau juga semacam penghargaan presiden atas segala puja puji yang telah dilakukan Kompasioner selama ini. Menurut saya itu sah-sah saja, hanya saja sebagai sebuah blog keroyokan yang mempunyai Admin, selayaknya kriteria itu disampaikan secara terbuka, toh kami yang mungkin dicap Jokowi Lover juga tidak akan iri dan tertarik memenuhi undangan tersebut.
Saya tidak berpretensi untuk ingin diundang Jokowi ke istana, karena saya tidak memimpikan untuk bertemu presiden, setidaknya yang sekarang. Saya hanya menyoal tata kelola blog keroyokan ini. Apabila seorang pengatur tidak menjalankan tugasnya dengan baik dan benar, termasuk dalam transparansi seseuai tata kelola yang seharusnya, maka sudah seharusnya pengatur tersebut ditegur. Dan itulah yang saya lakukan. Semoga menjadi catatan.