Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Belajarlah dari Khadafy

23 Oktober 2011   19:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:35 192 0
Kematian Moamar Khadaffi tidak membawa duka, jasadnya diperlakukan bak piala kemenangan oleh penentangnya. Tak ada lagi kehormatan, padahal selama 42 tahun masa kekuasaannya dia dapat mempertahankan Lybia layaknya sebuah negara merdeka tanpa campur tangan asing. Khadaffi adalah teroris, seperti itu pandangan dunia barat yang memiliki akses dan pengaruh kuat di PBB.  Sebaliknya, Israel bukan teroris walaupun peralatan militernya  nyata2 telah banyak menyebabkan kematian banyak bangsa Palestina.  Sebuah kolaborasi barat dan penentangnya yang bangsa Lybia sendiri memang telah berhasil menumbangkan pemerintahan Moamar Khadaffi yang mengaku dirinya sebagai raja diraja.

Libya adalah salah satu dari 15 negara produsen minyak bumi besar dunia, diperkirakan negeri ini memiliki cadangan minyak bumi sebesar 41, 5 milyar barel.  Saat ini, produksi minyak libya sebesar 1,88 juta barel perhari dengan konsumsi  dalam negeri sebanyak 273 ribu barel perhari. Dengan tingkat produksi dan pemakaian dalam negeri seperti ini, setiap hari dari negeri ini surplus  lebih dari 1,6 juta barel perhari. Dengan jumlah penduduknya sebanyak 6,5 juta jiwa, negeri ini menjadi negara  yang makmur oleh hasil alamnya itu. Bandingkan dengan Indonesia, Wikipedia mencatat bahwa Indonesia berada di peringkat 21 dalam hal produksi minyak, yaitu sebesar 1, 05 juta  barrel per hari. Peringkat 21 dari lebih dari 210 negara tidak terlihat terlalu buruk. Namun perbandingan tersebut bukanlah perbandingan per capita, atau dengan kata lain tidak memperhatikan populasi masing-masing negara. Padahal, dalam urusan populasi manusia, Indonesia adalah negara peringkat empat dunia dengan tak kurang dari 237 juta penduduk. Dari hasil minyaknya saja, wajarlah jika negara barat berkepentingan terhadap penguasaan libya dalam penguasaan energi.

Melambungnya harga minyak bumi beberapa waktu silam, secara langsung telah mengganggu supply energi industri negara2 barat terutama Amerika Serikat  yang berimbas pada daya beli masyarakat negara itu. Terganggunya industri telah menimbulkan gejolak bursa saham yang semakin melemahkan perekonomian Amerika Serikat. Krisis ekonomipun terjadi ditandai dengan ambruknya lembaga pendana property Lehman Brothers yang mempengaruhi ekonomi secara global.  Indonesia pada waktu itu mengambil kebijakan antisipatif guna menjaga stabilitas moneter dengan melakukan bailout bank Century yang dipermasalahkan itu  Artinya, minyak menjadi penentu ekonomi dunia, pendudukan negara Irak dan Libya tak lepas dari kepentingan itu.   Seperti halnya Irak yang diinvasi karena ditengarai memiliki senjata pemusnah massal yang belakangan tidak dapat dibuktikan.  Jatuhnya Moamar Khadaffi akan berarti  makin lengkaplah penguasaan dunia oleh negara2 barat.

Dibandingkan Indonesia, Libya adalah negara kecil, namun Moamar Khadaffi mampu membuat barat gerah dengan polahnya yang dinilai sebagai badut. Tapi itulah Moamar Khadaffi, justru polahnya itu mampu mendudukkan dirinya menjadi penguasa terlama, walaupun memimpin negara bukan atas dasar warisan sebagaimana kerajaan.  Memang bayak yang menentangnya, prilaku semacam itu berlaku pula pada kekuasaan dibelahan dunia manapun termasuk Indonesia. Namun, dibalik penentangan itu, secara jitu dimanfaatkan oleh negara2 barat untuk menggulingkannya oleh karena permintaan para pembangkangnya  Neo kolonialisme, sebuah perubahan kolonialisme mengikuti perkembangan zaman, menguasai ekonomi lebih efektif dibandingkan secara militer. NTC memang berisi bangsa Libya sendiri, tetapi negara barat secara terang2an berada dibelakngnya dengan menggunakan mandat PBB.

Sesungguhnya, apa yang dialami oleh Suharto mirip dengan Khadaffi, bedanya bangsa kita masih menghargai jasa pimpinan negara ini sehingga tak mengalami nasib tragis seperti Khadaffi. Ketika Sukarno berkuasa, politik anti kolonialismenya membawa kedekatan pada Blok Timur.  Atas bantuan Uni Soviet yang sedang menhadapi Amerika Serikat dalam perang dingin, Indonesia menjelma menjadi negara yang memiliki kekuatan angkatan perang yang diperhitungkan didunia.  Tentu saja hal ini mengkhawatirkan Amerika Serikat dan hal itu teratasi ketika Suharto naik ke tampuk kekuasaan menggantika Sukarno. Suharto yang mengambil garis politik anti komunis merubah haluan dan menjadi garda depan membendung pengaruh komunis. Peralatan berubah buatan Amerika serikat dan eropa barat  seteru blok Timur dibawah u Uni Soviet.  Bukan hanya persenjataan barat yang didapat, pinjaman berdalih " pembangunan " ekonomipun didapatkan Pak Harto.  Bahasa politikpun digunakan dalam hal pinjaman yang disebutkan sebagai bantuan negara sahabat.   Padahal, kalau kita kaji secara benar, tidak berimbangnya arus moneter karena "bantuan" asing itu dapat menguatkan nilai tukar rupiah,  kebijakan devaluasi pun dikeluarkan dengan alasan agar produk kita dapat bersaing. Ketika jatuh tempo untuk mengembalikan "batuan", arus keluar lebih besar dari arus masuk yang berakibat menekan nilai rupiah karena kelangkaan mata uang asing. Disinilah peran otoritas moneter menentukan, faktanya tak mampu melakukan intervensi pasar karena cadangan devisa yang terbatas. Akibatnya kita sudah sama ketahui, rupiah terjun bebas. Namun, politik lebih berperan, hancurnya ekonomi Indonesia karena krisis global sehingga tidak perlu ada yang harus bertanggung jawab. Namun, mungkin banyak yang tidak menyadari, bahwa pinjaman2 yang diterima semasa orde baru tentunya bersyarat, itu terlihat pada kontrak karya pertambangan yang dianggap menguntungkan pihak asing.

Sebaliknya, ketika ingin menggeser kekuasaan, krisis global tidak boleh menjadi alasan dan kontrak karya yang mnguntungkan pihak asing menjadi hasil pemerintahan saat ini. Bertengkar sendiri oleh ulah asing,  agar bangsa ini tidak menjadi permainan bangsa asing, bangsa kita dapat belajar dari khadaffi. Tak tergantung uang dari negara asing, Moamar khadaffi tidak dapat didikte oleh negara manapun. Hasil minyak Libya memiliki arti penting bagi negara barat, mengerem produksi dapat menyebabkan melambungnya harga minyak yang dapat berakibat krisis ekonomi negara barat.  Teroris memang diciptakan untuk dipakai sebagai alasan politis, namun faktor ekonomi bisa saja berada dibalik  penggulingan khadafi.



KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun