disepanjang arah langkahku
curam securam ngarai
tajam setajam sembilu
tersimpan dibalik dinding
memaksaku tak berpaling
hanya pekat cahaya muram
menyelimuti setiap malam
rintik hujan mengalun lirih
bersama anak angsa merintih
menunggu pagi yang datang
ingin segera membawa pulang
di dadaku masih tersimpan asa
meski kian jauh tangan meraih
warna kelam terbentang di sana
mengikis hari yang jauh beralih
masih terngiang pesan bunda
menjelang pergi bersama senja
tetaplah melangkah meniti karang
meski berliku nanti kian lapang
hati rasanya ingin menangis