Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Ngebut Menjemput Maut

27 Februari 2014   17:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:25 28 0
melesat bagai peluru muntah dari mulut senapan
berdesing membelah sunyi menyusuri ruas jalan
menembus gelap malam ditengah tirai rintik hujan
meringkas waktu demi segera sampai ke tujuan

diatas dua roda berputar menapak aspal tergilas
pemilik kepala yang terbungkus batok pengaman
mengumbar nyali yang berkobar tiada berbatas
tiang bisu penyandang pijar merah tak dihiraukan

hingga sampailah diujung sebuah jalan simpang
persinggahan tergapai hanya beberapa saat lagi
langkah penyeberang jalan mendadak melintang
membelalak kedua matanya memacu detak nadi

bersama tuas pedal rem yang terinjak telapak kaki
karet ban terseret menjerit bunyi memekak kuping
mesin tunggangannya menjadi oleng tak terkendali
melayang jatuh terguling menghantam batas dinding

sesaat nampak tubuhnya yang diam tak bergerak
semburat warna merah menyirat jaket kulit terkoyak
remuk tulang dada menghimpit jalur penghela nafas
rongga mulutnya penuh darah segar mengalir deras

lelaki muda usia itu kini tergolek ditepian jalan
tempat terakhir baginya untuk meregang nyawa
tinggalkan orang orang tercinta menunggu dirumah
menutup kisah hidupnya yang singkat berakhir sia sia

.oOo.

Karya puisi lainnya dapat dibaca disini

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun