(Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam, keturunan mereka dan Alloh swt mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi." (Kami melakukannya) agar di hari Kiamat kamu (tidak) mengatakan, "Sesungguhnya kami lengah terhadap hal ini."
Berdasarkan ayat tersebut, selama manusia masih keturunan Bani Adam siapa pun dia, mulai dari Nabi Adam sampai manusia generasi terakhir, pasti telah diambil kesaksiannya. Ayat tersebut mengilustrasikan bahwa Alloh swt dulu pernah langsung berdialog dengan kita dengan pertanyaan "Apakah Aku ini adalah Tuhanmu", maka kita sekonyong-konyong (bala) serentak menjawab, "Benar, wahai Alloh swt, Engkau adalah Tuhan kami". Jawaban ini direkam oleh Alloh swt, dan akan menjadi bukti di akhirat, jika suatu saat nanti kita berusaha berkelit dari kesalahan dan berusaha complain kepada Alloh swt, bahwa perbuatan dosa yang selama ini kita lakukan dengan alasan ketidaktahuan, maka Alloh swt memiliki bukti dan jawaban bahwa sebelumnya kita telah diambil persaksiannya.
Peristiwa perjumpaan kita dengan Alloh swt yang pertama ini terjadi di alam roh, sehingga kita kesulitan mengingatnya, seperti mustahilnya kita mengingat secara utuh mimpi yang terjadi di dalam tidur. Setelah dilahirkan maka kita akan berpindah dari alam rahim selama kurang lebih 9 bulan ke alam dunia (fana'). Ketika di alam dunia, sebenarnya kita telah membawa potensi ke-Tuhanan berupa fitrah kesucian di dalam diri sehingga mendorong kita cenderung pada nilai-nilai kebaikan. Pada prinsipnya, Alloh swt tidak pernah menciptakan keburukan. Keburukan terjadi karena hilangnya nilai dalam kebaikan.
Dengan demikian, sesuai dengan fitrahnya maka semua manusia adalah baik. Bahkan sekelas Fir'aun yang sangat ingkar kepada Alloh swt sekalipun, ketika dia akan mati diterjang gelombang laut merah, maka dia berusaha kembali kepada fitrahnya dengan mengakui Alloh swt sebagai Tuhan. Tetapi, sebelum itu terjadi maka dasar lumpur laut merah keburu menyumpal mulutnya, sehingga dia mati dalam kondisi kafir. Nabi Muhammad saw bersabda bahwa yang membuat orang melupakan fitrah kebaikan yang ada di dalam dirinya adalah lingkungan keluarga dan pergaulannya dalam tataran growth mindset.
Ketika kita telah terlahir di dunia, maka tugas utamanya adalah beribadah kepada Alloh swt (Q.S. Az-Zariyat/51 : 56), membina hubungan baik dengan Alloh swt (hablum minalloh), hubungan baik dengan manusia (hablum minnas), hubungan baik dengan lingkungan (hablum minal alam) serta menjaga keseimbangan hidup secara jasmani maupun rohani.
Kita menjalani waktu hidup di dunia ini sangat singkat jika dibandingkan dengan perhitungan waktu di sisi Alloh swt. Satu hari di sisi Alloh swt sama seperti 1000 tahun dalam perhitungan manusia (Q.S. Al-Hajj/22 : 47). Anggaplah rata-rata usia kita dikisaran 60 sampai dengan 70 tahun. Nabi Muhammad saw saja wafat pada usia 63 tahun, berarti:
1 hari akhirat = 1000 tahun,
24 jam akhirat = 1000 tahun,
3 jam akhirat = 125 tahun,
1,5 jam akhirat = 62,5 tahun.
Dalam perhitungan Alloh swt, hidup kita di dunia ini cuma 1,5 jam saja. Dari 1,5 jam ini pulalah nanti yang akan menentukan keabadian kelak di akhirat. Setelah melalui waktu yang sangat singkat di dunia maka kita akan mati dan berpindah ke alam kubur (barzakh).
Di alam kubur, tidak ada lagi peribadahan tetapi kita hanya mempertanggungjawabkannya. Kita mati secara fisik tetapi rohnya tetap hidup, dan mendapatkan gambaran dan informasi tentang nasib kehidupan kita di akhirat, apakah ditempatkan di surga dan neraka. Hadiah dan hukuman (reward and punishment) telah terjadi di alam kubur, kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi hanya amalan selama hidup yang dapat menyelamatkan. Setelah melewati alam kubur maka kita akan masuk ke alam akhirat.
Alloh swt menjelaskan bahwa alam akhirat lebih baik dibandingkan alam dunia (Q.S. Ad-Duha/93 : 4) terutama bagi manusia yang tidak menyalahi persaksiannya di alam rahim dan menjalankan semua perintah Alloh swt semasa hidupnya. Manusia yang lulus seleksi akan memperoleh kebahagiaan di dalam surga yang tidak berujung dan berbatas. Sebaliknya, jika tidak lulus seleksi maka akan dimasukkan ke dalam neraka yang siksaannya tidak pernah dibayangkan dan dirasakan manusia selama hidup karena sangat pedih dan sakitnya. Jauh dari kenikmatan surga, sebenarnya ada kenikmatan yang lebih tinggi dan dinantikan oleh penduduk surga, yaitu mereka akan diberikan kesempatan untuk bertemu dan menyaksikan wajah Alloh swt dengan berseri-seri untuk yang kedua kali. (Q.S. Al-Qiyamah (75): 22 - 23).
Berarti setelah diciptakan Alloh swt, maka kita tidak pernah akan mati tetapi hanya berpindah-pindah tempat atau transit. Mempersaksikan atau melihat Alloh swt hanya bisa terjadi di alam gaib, sedangkan di alam dunia kita hanya bisa menyaksikan tanda-tanda kekuasaan Alloh swt (ayat kauniyah).
Begitu singkat dan dekatnya kita dengan kematian. Waktu hidup kita hanya 1,5 jam di dunia ini. Di waktu yang singkat itu pula, kita harus mempersiapkan bekal ibadah sebanyak-banyaknya. Pernahkan kita membayangkan, ketika kita tidur malam bahwa ada kemungkinan tidak akan terbangun besok hari, ketika kita berangkat kerja dari rumah bahwa ada kemungkinan tidak akan kembali lagi ke rumah. Saking dekatnya kematian itu, Nabi Muhammad saw bersabda bahwa malaikat Izrail pencabut nyawa menemui manusia sebanyak 70 kali dalam sehari.Â