Saat kecil, Gatotkaca pernah dihajar Patih Sekipu. Anehnya semakin dihajar ia semakin kuat. Kisah ini bermula dari peristiwa Raja Kalapracona yang hendak melamar Batari Supraba di kahyangan. Gatotkaca yang diasuh Batara Narada dipasang depan untuk melawan Sang Patih. Padahal masih kecil. Saat itu namanya masih Tetuka.
Patih Sekipu kewalahan. Ia yang berumur tak mampu menaklukkan anak kecil. Oleh Patih Sekipu dikembalikan kepada Narada.
Oleh sang Batara, Tetuka dimasukkan ke kawah candradimuka di gunung Jamurdipa. Berbarengan itu, senjata yang dipunya para Batara dilempar dalam kawah. Perlahan Tetuka muncul ke permukaan & menjadi dewasa. Seluruh senjata melebur masuk menyatu dalam tubuh menjadikannya sakti mandraguna.
Tetuka lantas melawan Sekipu. Bukan dengan tangan atau kakinya, Sekipu tumpas lewat gigitan taring panjangnya. Turunan dari Arimbi, sang Ibu yang menjadikan taring panjang itu berasal.
Oleh Kresna, taring panjang dipotong dibikin hilang. Agar segenap sifat raksasa juga tumbang. Namun rupanya belum cukup juga sifat sifat raksasa itu rangkas. Batara Guru lantas mengasapi tubuh putra Werkudara ini dengan biji kopi yang dibakar. Mendaulat menyesap tiga cangkir Geni Jora. Kopi dari hasil sangan Dang Hyang Langan. Seorang maharsi yang senantiasa menggetarkan kahyangan tiap kali puja semadi.
Ajaib. Tiga cangkir kopi merasuk ke mulut mengalir kerongkongan, sifat raksasa luntur bersalin jadi sifat Ksatria. Girang akan perubahan ini, Batara Guru menghadiahkan seperangkat pakaian pusaka, yaitu Caping Basunanda, Kotang Antrakusuma, & Terompah Padakacarma sebagai stempel siap menjadi ksatria sekaligus mengganti nama Tetuko menjadi Gatotkaca.
Bahkan Gatotkaca untuk menjadi tangguh juga melalui dihajar berulang, dilempar ke kawah panas, di jejali kopi banyak-banyak. Masak kamu pingin tangguh enggak mau dihajar situasi, dibentur persoalan, dilempar masalah, dan malah minum arak dan tuak?
Gagal tangguh dong!