Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Beda Gunung, Rawa Pening dan Telaga Ngebel Kisah Baru Klinting yang Lain dari Dongeng Kopi

27 Desember 2023   09:19 Diperbarui: 27 Desember 2023   09:40 602 0
Cerita rakyat Baru Klinting tidak hanya satu dari Mangir saja. Kisah muasal Rawa Pening, dan Telaga Ngebel di kabupaten Semarang, dan kabupaten Ponorogo. Bedanya tidak jadi pusaka, tetapi sang Naga berubah jadi anak kecil setelah bertapa.

Bila yang dilingkari Baru Klinting Mangir adalah Gunung Merapi, yang dilingkari legenda Rawa Pening adalah Telamaya, dan yang dipeluk erat pada legenda Telaga Ngebel adalah Wilis.

Ceritanya begini:

Tersebutlah sepasang suami Istri sudah lama sekali tidak mendapatkan keturunan. Hingga pada suatu waktu akhirnya sang istri mengandung. Malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih, anak yang dilahirkan tidak seperti pada umumnya bayi yang baru lahir. Seekor naga kecil bernama Baru klinting. Untuk melepas kutukan tersebut, Dewata memin2tanya bertapa.

Bertapa ke gunung terdekat dengan melingkari gunung sampai 40 purnama. Saat menjelang purnama ke 40, seperti biasa di bulan purnama warga sekitar kaki gunung mengadakan pesta. Mereka lantas mencari buruan untuk pasugatan di perayaan Padang bulan.

Sampai hutan di gunung mereka tak mendapatkan apapun. Kambing, Rusa, Babi, Ayam Alas, tak ada yang berhasil ditangkap. Setelah lelah mencari buruan rombongan mengaso di bawah rindang pohon besar akar batangnya menjumbul. Iseng salah satu mengayunkan parang ke batang. Batang yang berlumut itu tiba tiba mengucur cairan merah.

Sadar itu ular raksasa, rombongan senang sekali. Pulang tak jadi tangan hampa. Dapat buruan daging banyak.

Ular besar itu tak lain adalah Baru Klinting. Seketika ia berubah menjadi anak kecil berambut kuncung kurus badan penuh kudis. Bertelanjang dada, membawa sebatang lidi.

Menghampiri persamuan meminta makan, namun diabaikan. Hanya ada satu perempuan tua yang mempedulikan diberinya makan anak kecil yang sudah puasa lama ini. Lalu hadir ke tengah tengah pesta menantang semua orang untuk mengangkat lidi yang ia tancap.

Semua menertawakan namun tak ada satupun yang mampu menariknya. Begitu ia tarik seketika air memancar deras menenggelamkan seisi desa dan menjelma menjadi telaga.

Hanya ada satu yang selamat, nenek yang memberi nasi sedikit sebagai ganjal lapar yang sedemikian lama setelah selesai bertapa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun