Sesaat sebelum perang di raja Alengka, Patih Kerajaan Guwakiskenda ini diberikan wejangan ayahnya Batara terpintar yang menjadi tangan kanan Sang Hyang Jagadnata. Karena wejangan ini sangat penting, diatas perahu kecil pilihan pertemuannya, bukan di kedai kopi yang berisik, yang iringan musiknya mengganggu konsentrasi.
Jelang berangkat, Narada menjerang air. Kemarin rendangan kopi dari Dalangan baru saja dikirim sampai kahyangan Sidiudaludal. Sejak Resi Wyasa menyajikan saat purnama Asadha, ia langsung ketagihan dan tak pernah kurang persediaan. Ia percaya ada mantra khusus yang dirapal sama sang Juru Rendang Rara Ayuri Murakabi. Selesai gerus biji, ia tubruk saja dalam dua cangkir. Satu untuknya, satu untuk Hanila anaknya.
Perahu beringsut perlahan membelah Bengawan Kadiraja. Sampai di Tluron, Narada baru menyampaikan wejangan pada anaknya yang berwujud kapi.