Selama adat tidak ditumbur Sang Hyang Sri akan terus menjaganya untuk tetap gembur hingga sesanti gemah ripah loh jinawi, tata titi tentrem kerta raharja tak lekang senantiasa.
Legenda Sang Hyang Sri telah melekat sejak lama, lama sekali, dari cerita tutur para leluhur. Sejak jauh sebelum kerajaan, sejak paham kasiwan dan kasogatan berpadu manunggal, Sang Hyang Sri menyatu menjadi satu nama sebagai nama dewi kesuburan.
Dewi yang menjaga atas tanah nusantara bersemayam di Gunung Padang. Ia mengendalikan kesuburan di bumi, berbagai tumbuhan dan bahan makanan termasuk kopi.
Sebab kopi dipantara menjadi sangat istimewa, hasilnya melimpah ruah hingga menggeser dominasi Saba adalah berkat berkah dari Sang Hyang Sri kepada para petani.
Sang Hyang Sri dikenal sebagai bathari kehidupan, kekayaan, dan kemakmuran. Selain juga punya kendali atas ke segala kebalikannya yaitu ; kemiskinan, bencana kelaparan, hama penyakit, dan hingga batas tertentu, memengaruhi kematian. Karenanya ia dipandang sebagai ibu kehidupan.
Sang Hyang Sri lahir dari mustika sakti Batara terpintar bernama retna dumilah. Ia dianggap sebagai 'ruh' kesukacitaan, kebahagiaan dan kemakmuran. Sosok Sang Hyang Sri digambarkan cantik jelita, bisa terbang, senyumnya yang anggun tak pernah lepas dari sudut bibirnya.
Bukan sebagai dewi pangan saja, ia juga lambang wanita yang cantik rupawan, simbol kecantikan isi bumi.
Sang Hyang Sri tidak bisa dilepaskan dari kultur agraris.
Jika kemarin isu kenaikan harga komoditas hasil bumi termasuk harga beras kopi yang tinggi karena gagal panen, dan perubahan iklim, jangan jangan karena kita sudah melanggar adat atas Sang Hyang Sri dengan loba tak pernah puas, abai soal hormat, tidak rukun dalam kehidupan bermasyarakat, menolak tunduk pada alam, lupa menjaga keselarasan alam.