Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Dongeng Kopi, Menjadi Seperti Airlangga

9 November 2023   01:22 Diperbarui: 9 November 2023   09:50 143 2
Saat menyesap kopi di kutanagari, Airlangga menatap jauh ke Utara. Memandang gunung yang biru. Ia sedang gamang, anak pertama enggan meneruskan tahtanya. Sementara adiknya si sulung dua lelaki dipandang belum cukup cakap. Sanggramawijaya Tunggadewi lebih memilih menjadi pertapa di Kediri.Sesaat setelah tegukan pertama, terbit Ilham untuk bagaimana membagi kerajaan sama besar untuk Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan. Mpu Bharada membelahnya dengan kendi berisi kopi sisa seduhan acaraki, jabatan peracik minuman kerajaan. Jadilah dua wilayah, Panjalu dan Jenggala.Setelahnya, Airlangga memilih menepi dari hiruk pikuk tinggal di kaki Gunung yang biasa ia pandang saat mereguk kopi. Menjadi resi mencari ketenangan dari segala hingar bingar dunia. Menikmati udara segar jauh dari polusi dan berisiknya orang orang membicarakan kalangan. Persemayaman yang cocok untuk membuat kita berpikir jernih jauh dari adharma.

Serupa dengan pilihan kami. Setelah nemang puluh purnama dengan segala keramaian, pilihan menepi seperti resi di Umbulmartani, di kaki Merapi, satu kilometer timur Candi Pustakala.

Resi bermakna pergi atau bergerak. Selain juga mengalir, mendekat persis dengan nama tempat yang kami pilih; Umbulmartani dan Tirtomartani.Tempat mengalir air yang tak pernah surut
Bila kamu ingin merasakan apa yang dirasakan Airlangga selepas urusan dunia, pergilah ke Dongeng Kopi. Tempat kamu ngopi serasa menjadi resi karena saking sepinya. Bahkan derik suara jangkrik dan sehamparan suara katak bisa kamu dengar terang dengan tempat yang sangat tenang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun