Sebuah laporan dari seorang wartawan "Kompas" - Muhammad Hasanudin, yang juga ditulis di situs
portal kompas.com, hari ini, menuliskan ada sebuah lokasi di negeri ini dimana tempat ibadah dari 5 agama besar di Indonesia, Hindu, Buddha, Katolik, Islam dan Kristen Protestan dibangun. Jurnalis ini
melaporkan dari suatu lokasi di
Bali, Nusa Dua, disana ada Pura, Gereja Katholik dan Protestan, Mesjid hingga Vihara berdiri berdampingan dan tampak
adem ayem saja
tuuhhh...., bahkan hal tersebut semakin meningkatkan kerukunan antar umat yang katanya pada beragama... Kelihatannya
siyy harus begitu ya... Kayak anak kecil saja, kalau ada komunitas beragama berbeda membangun tempat beribadah, kemudian sebagian warga dan dukungan ormas tertentu mulai kasak-kusuk, lalu berdemolah mereka para penentangnya..... Bila perlu biar tampak galak, mereka menggunakan kekerasan, 'kasihan' (dan layak dikasihani...) juga bila melihat masih adanya kelompok seperti ini. Indonesia itu sudah merdeka 65 tahun besok
loohh... Tapi masih
mikir seperti di zaman batu atau kembali abad lalu-lalu..... Atau juga lupa kali ya, terhadap konstitusi di negeri ini... Hahaaa....... Bila membaca berita hari ini bahkan Presiden
Obama (Suara Pembaruan, 16 Agustus 2010) sangat
mendukung dibangunnya Mesjid didekat (sekitar 2 blok) bekas runtuhan Menara Kembara (
World Trade Center - WTC)
New York, lebih dikenal sebagai
Ground Zero, "
Sebagai warga negara dan presiden, saya percaya warga Muslim mempunyai hak yang sama untuk beribadah seperti orang lain di dalam negara ini," katanya. Pernyataan ini disampaikan saat acara
Buka Puasa di
Gedung Putih, Jumat, 13 Agustus 2010 lalu terkait proyek kontroversial yang menjadi ujian toleransi beragama, setelah ledakan di
WTC dalam tragedi
11 September 2001 atau lebih dikenal dengan istilah
911. Bila Obama saja sampai bersusah payah menjelaskan hal tentang
toleransi beragama di lingkungan masyarakat Amerika Serikat (AS) yang mayoritas beragama Kristen Protestan dan Katolik itu, kemudian dia bahkan memberi contoh mantan presiden AS,
Thomas Jefferson saja menggelar acara
Buka Puasa 200 tahun lalu,
toh... Amerika tetap semakin kuat memegang nilai-nilainya dan mampu mengatasi perbedaan. Bagaimana di negeri ini? Payah
deehh..... Negara saja membiarkan, apalagi aparat dibawahnya yang terkait, misalnya polisi, gawat... Persoalannya ada ujian bagi negeri ini dalam membangun nilai-nilai bersama sebagai bangsa menyambut usianya yang semakin tua, 65 tahun itu....., menjadi bangsa tangguh atau saling mengeliminir dan itu pasti akan menguras energi negeri yang tak jua kunjung bangkit - bahkan satu demi satu negara yang dulu masih belum bangkit, eehh.... sudah menyalip kita
tuuhh...... Omong kosong bila mendengar kata-kata politisi, negeri ini belum juga bisa
mentas tuuuh di panggung antar bangsa, kita masih harus terus bekerja keras, yang jelas ada di depan mata, itu
tuuhh.... Korupsi, bisa
nggak diberantas ! Susah tahu, soalnya yang korupsi ya teman-teman dia-dia juga... Apalagi banyak pekerjaan rumah lain, dari data BPS per Februari 2010, 51.49 persen dari 107.4 juta tenaga kerja berpendidikan SD, kemiskinan (31.05 juta penduduk miskin), 8.59 juta pengangguran, 1.085.138 anak putus sekolah, SDM rendah kualitas, pengelolaan SDA yang serampangan, KKN, mafia peradilan, pungli, rentannya
persoalan pluralisme dan belum lagi soal toleransi beragama yang dikutip di awal tulisan ini,
haiiyaaaa.... Itu
siyy sering dijadikan alat para politisi dalam '
bargaining' dengan pihak berkuasa, kemudian '
jaim'nya pemerintah, agar tidak dibilang membelakangi kaum mayoritas... Jadi lihat saja nanti bagaimana kasus ABB dengan JAT-nya, ujung-ujungnya pasti aneh
deh... Katanya kita sudah merdeka, tapi apa memang sudah ya...?? Apa makna substansial tentang merdeka itu? Ya sudahlah... Cinta tak luntur bagi negeri... Dirgahayu Negeriku - Republik Indonesia ke 65...!!
(Berbagai sumber, Foto kompas.com/Muhammad Hasanudin) Artikel lain.... kLik...
Stories From The Road...
KEMBALI KE ARTIKEL