Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Dan menariknya kita masuk lima besar paling cerewet di media sosial
Gambaran itu menjadi tantangan dan tugas bersama. Bukan hanya tugas sekolah dan pemerintah, orang tua punya kewajiban yang sama. Lalu bagaimana memunculkan minat membaca anak sejak dini.
Ada banyak solusi yang sudah disampaikan pakar, salah satunya menumbuhkan keingintahuan. Kita ketahui bersama, manusia dianugerahi rasa ingin tahu. Sejak kecil kita memiliki rasa ingin tahu karenanya tugas orang tua mengarahkan orang tua untuk mengarahkan anak menjawab rasa ingin tahu tersebut.
Berikan mereka pertanyaan-pertanyaan yang merangsang rasa ingin tahunya. Kemudian berikan buku yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Dengan demikian, membaca buku akan menjadi kebiasaannya.
Butuh kerja keras dan kerjasama serta kolaborasi semua pihak. Orang tua, guru, pemerintah dan masyarakat. Komponen-komponen ini penting menumbuh-kembangkan minat baca anak.
Orang tua harus sejak dini mengenalkan buku pada anak. Bak pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Selain itu, membacakan dongeng sebelum tidur juga dapat dilakukan orang tua.
Para orang tua di lingkungan terdekat dapat melaksanakan kegiatan baca bersama. Mereka (anak-anak) berkumpul melakukan kegiatan membaca bersama. Kerjasama para orang tua itu dapat menjadi solusi agar anak-anak terbiasa membaca.
Ketika libur, orang tua juga dapat mengajak anak-anak ke toko buku atau perpustakaan. Jadikan kedua tempat itu sebagai wahana refreshing. Sampai mereka kecanduan untuk mendatangi kedua tempat itu.
Kedua orang tua hendaknya memberi teladan. Bacalah buku di depan anak-anak saat waktu senggang. Sifat mereka yang suka meniru harus dimanfaatkan dengan baik dan benar. Jangan berikan contoh buruk dengan bermain gadget di depan anak-anak.
Langkah lainnya yang dapat dilakukan orang tua ialah memberi hadiah buku. Entah pada saat ulang tahun anak, atau momen terntentu. Misalnya setiap kali menamatkan sebuah buku, berikan hadiah buku lainnya.
Dengan usaha di rumah, sekolah, masyarakat dan pemerintah, semoga saja anak-anak Indonesia semakin gemar membaca. Sehingga jelas bagaimana masa depan bangsa karena memiliki penerus yang gemar membaca.
Viralnya hoaks belakangan ini salah satu sebabnya rendahnya literasi kita. Kita enggan membaca dengan teliti, tanpa saring langsung sharing. Padahal jika mau menelaah, membaca dengan cermat, diikuti dengan riset kecil-kecilan, hoaks akan sulit tumbuh dan kembang.
Penyiapan generasi yang gemar membaca adalah salah satu upaya jangka panjang. Usaha untuk melahirkan pemimpin masa depan yang cerdas dan cakap. Pemimpin yang mampu memilih dan milah antara salah dan benar.
Kerjasama dan kolaborasi semua pihak adalah wajib. Tanpa keduanya, akan mustahil generasi kita gemar membaca. Akibatnya, negeri kita akan selalu kalah langkah dibandingkan negeri lainnya.
Memang benar bahwa era ini godaan semakin bertambah. Mulai media sosial yang tidah hanya positif, namun ada sisi negatif yang harus diwaspadai. Orang tua harus jeli melihat ancaman itu, jangan aggap sepele konten media sosial.
Orang tua harus bijak menyikapi kemajuan tekhnologi. Konten bernilai edukasi, terutama yang menumbuhkan minat baca harus sesering mungkin hadir di beranda anak remaja. Tentunya edukasi bijak bermedia sosial harus pula diajarkan sebelum anak-anak mulai sign up akun media sosial.
Setelah langkah-langkah di atas dilakukan, jangan sungkan mengajak anak untuk menulis. Jika belum mampu menulis di media seperti kompasiana, setidaknya tulis tangan apa yang sudah dibaca. Jika tidak, arahkan untuk menceritakan apa yang telah dibaca. Lalu rekam dan tulislah hasilnya di kompasina.
Kumpulan tulisan anak nantinya dapat dijadikan buku. Siapa tahu?