Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Bohir dan Cukong di Balik Pilpres

5 Maret 2023   19:33 Diperbarui: 5 Maret 2023   19:40 756 1
Di era kapitalis ini, mustahil bakal calon presiden tidak dibiayai bohir dan cukong. Lalu siapakah bohir dan cukong dibelakang Anie, Prabowo, Ganjar, Erick, dan kandidat presiden lainnya? seberapa besar peran mereka dalam pengambilan keputusan nantinya? Apa kerugian dan keuntungan didukung bohir dan cukong?

Tulisan ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Tentu saja akan didapati subjektifitas dalam jawaban-jawaban yang akan diberikan. Nah mari kta awali dengan pemaknaan bohir dan cukong agar kita tidak debat di kosakata.

Bohir (bouwheer) adalah dua suku kata dalam bahasa Belanda. Bouwen (membangun) dan heer (tuan). Disederhanakan dalam bahasa percakapan sehari-hari sebagai penyokong dana politik. Meski secara bahasa berarti pemborong, kontraktor, pemilik proyek.

Sementara cukong berarti pemimpin, ketua atau bos besar. Berasal dari bahasa hokkien, zhugong. Cukong biasanya merujuk pada pemilik perusahaan besar di Indonesia. Awal penggunaan kata cukong sampai 1950-an, kata ini masih berkonotasi positif. Belakangan (1970-an) cukong dikonotasikan negatif, perusahaan besar yang dekat dengan kekuasaan dan melakukan tindakan KKN.

Secara sederhana bohir dan cukong dapat kita maknai sebagai orang atau kelompok orang yang kaya harta, pemilik modal. Dan dengan kekuatan modalnya (uang dan harta) dapat memengaruhi ekonomi negara.

Mahalnya cost politik di Indonesia, mau tidak mau, kandidat kepala daerah hingga kepala negara harus berteman dengan bohir dan cukong. Itu realitas yang tak terbantahkan. Itu realitas yang telah, sedang dan akan dilakukan politisi di semua level. Akibatnya, regulasi apapun harus mempertimbangkan kepentingan bohir dan cukong.

Lihatlah pertarungan pilpres selama 10 tahun ke belakang. Kedua kubu dipastikan didukung para pemilik modal, jika tidak mustahil pertarungan melibatkan orang-orang berpengaruh di negeri ini. Bukan hanya itu, media, lembaga survei, akademisi, bahkan pemuka agama ikut terlibat.

Propaganda dan hoaks tumbuh subur. Rakyat termakan opini dan pendapat orang-orang yang diteladaninya. Antiklkmaksnya, kedua kubu bersatu dan berbagi kekuasaan. Bahkan IKN dikerjakan bersama-sama, proyek besar IKN sangat menggoda bohir dan cukong. Hanya dengan proyek (uang) para bohir dan cukong mau bersatu.

Lalu bagaimana dengan pilpres 2024, apakah bohir dan cukong tetap bermain. Pastinya untuk mengamankan proyek-proyeknya mereka tetap bermain. Mari kita telaah siapa di belakang dalam pilpres 2024 mendatang.

Anies Baswedan, mantan gubernur DKI Jakarta ini dipastikan didukung Surya Paloh. Semua kita mengenal tokoh sentral dari partai nasdem itu. Surya Paloh dapat dipastikan sebagai pemodal utama kampanye-kampanye Anies nantinya. Anies butuh Surya Paloh guna memenangkan kontestasi pilpres 2024. Bukan hanya dukungan politik namun finansial.

Prabowo Subianto, meski dianggap kaya namun Prabowo tetap membutuhkan dukungan adiknya yang merupakan pengusaha kaya, Hashim Djojohadikusumo. Hashim sudah sejak lama menjadi donatur utama Prabowo dalam dunia politik, selain Sandiaga Uno yang kini menjadi kader gerindra.

Demikian pula Ganjar maupun Erick Thohir. Jika mereka berdua nantinya berpasangan sebagai hasil rekomendasi PDIP, dipastikan tetap butuh dukungan bohir dan cukong. Apalagi PDIP saat ini merupakan partai penguasa.

Realitas politik ini harus menyadarkan kita semua. Pertama, hindari fanatik buta apalagi fanatik yang mengancam kesatuan bangsa dan negara. Kedua, kita akan memilih yang paling sedikit mudharatnya bukan yang terbaik. Mengjngat, semua bakal calon akan dipengaruhi bohir dan cukong.

Ketiga, jangan terprovokasi isu SARA yang sengaja dihidangkan para tim pemenangan kandidat maupun partai politik. Keempat, tetap melakukan riset seobjektif mungkin sebelum memutuskan kandidat pilpres mendatang. Dan terakhir, hindari caci maki di media sosial.

Kini sudah saatnya kita semua menjadi pemilih cerdas. Pemilih yang tidak terprvokasi hasutan yang dikemas seolah-olah kebenaran absolut. Para pengemas hasutan memang bukan orang sembarangan. Mereka memiliki ilmu psikologi, komunikasi massa, dan pastinya kucuran dana yang tidak sedikit.

Pemilih cerdas juga kelompok pemilih yang mampu memahami mana provokasi dan mana kebenaran. Mereka juga tidak mudah terpedaya dengan uang receh yang ditebarkan para bohir dan cukong. Sudah jadi rahasia umum, money politic selalu hadir dalam demokrasi kita.

Pemilih cerdas mampu membedakan kepentingan sesaat dan jangka panjang. Uang 1 juta yang diberikan bohir tidaklah seberapa dibandingkan triliunan kerugian negara yang diakibatkan nepotisme. Jutaan hektar tanah dieksploitasi demi kepentingan bohir dan cukong.

Masa depan anak-cucu kita terancam apabila kita tidak menjadi pemilih cerdas. Mari lawan para bohir dan cukong dengan menjadi pemilih cerdas. Beranikah kita menjadi pemilih cerdas yang menolak money politics, yang mengawasi dan mengkritisi kebijakan kepala negara yang tidak benar.

Kita percaya masih banyak politisi baik namun mereka dipenjara oleh bohir dan cukong. Mereka tidak bebas berbuat dan berkreasi, mereka harus ikut arahan bohir dan cukong. Mereka dijadikan 'boneka' barbie para bohir dan cukong. Sudah terlalu lama itu terjadi. Sudah sepatutnya kita akhiri dominasi mereka secara cepat atau perlahan.

Kita harus paham bahwa bohir dan cukong nyaris menguasai semua sisi negeri. Bukan hanya eksekutif, mereka juga telah dan sedang menguasai legislatif, bahkan institusi penegak hukum tidak luput dari pengaruh bohir dan cukong.

Hanya rakyat cerdas dan bersatu yang dapat mengalahkan bohir dan cukong. Hanya rakyat yang terdidik dan istiqomah pada tujuan negara yang dapat menghabisi dominasi bohir dan cukong.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun