Masyarakat kita umumnya lebih suka mengeluh dikala banjir sudah mulai mengganggu, kalau sudah menutup akses jalan atau masuk rumah. Tapi kalau masih bisa lalu-lalang dan di dalam rumah tak kemasukan air limbah banjir, ya belum 'ngeh' alias 'cuek bebek'. Malah mungkin diam-diam karena ini hal yang terkesan rutin (musiman) maka justru 'dinikmati'. Padahal, ada rentetan efek samping yang terjadi diakibatkan oleh banjir. Dampaknya bisa menjalar terhadap kesehatan, perekonomian, pendidikan, pariwisata, sosial, politik, dsb. Tentu selalu ada yang bisa menarik untung dari sebuah kondisi musibah apapun di negeri ini. Entah itu dari sisi ekonomi maupun politis. Yang bikin muak adalah mereka yang memanfaatkan secara masif momen-momen bencana ini secara ekonomi maupun politis.
Bahkan ada juga yang sempat-sempatnya 'membajak agama' untuk kepentingan penyebaran isu-isu agama dengan kacamata yang sempit serta pembodohan. Maaf, banjir tidak bisa diatasi dengan sekedar mengumpulkan orang dan berdoa beramai-ramai agar Tuhan mengendalikan hujan untuk tak terus mengguyur wilayah dimana kita tinggal. Tapi anda dan saya terus saja tak acuh pada lingkungan serta rutin membuang berkubik-kubik sampah pada selokan-selokan dan sungai-sungai. Itu artinya kita sebenarnya sedang tak memahami siapa diri kita. Itu artinya kita sedang melecehkan Tuhan yang sudah memberi mandat pada kita untuk mengelola dan memelihara bumi beserta isinya ini. Alih-alih, mungkin kita sedang menyia-nyiakan sebuah anugerah dari-Nya, berupa akal budi kita. Koq kita maunya instan?!
Terlalu memang! Tapi yang jelas, banjir ini bukan lagi persoalan siapa pemerintahnya atau penanggungjawabnya semata. Banjir ini soal kita, anda dan saya, beserta berbagai unsur di pemerintahan (pejabat publik), untuk segera siuman (sadar) dan bertindak/bergerak kepada habit yang baru, yang peduli pada lingkungan sebelum 'tamu-tamu' tak diundang lainnya berkunjung tiba-tiba tanpa kita tahu daya rusak dan waktunya. Banjir bukan untuk ditunggu tapi dicegah. Bukan untuk dinikmati, tapi diatasi. Ini tanggungjawab kita semua, bukan yang lain. Semoga kita cepat siuman!
(DW, 10 Feb 2015)