Komentar senada tidak hanya saya dengarkan sekali itu saja. Satu pengalaman lain bahkan membuat saya lebih tak habis pikir. Waktu itu, dengan seorang teman, saya berbelanja kebutuhan bulanan di sebuah toserba jaringan. Sebisa mungkin saya menghindari membawa pulang tas plastik ketika berbelanja dengan membawa tas selempang atau memasukkannya ke dalam tas ransel. Belanjaan saya waktu itu lebih dari sepuluh macam dan tepat  ketika mbak kasir mulai memindai kode barang untuk menghitung jumlah belanjaan saya katakan padanya untuk tidak memasukkanya ke dalam tas plastik. Pada saat yang sama, saya membuka tas ransel dan bersiap memasukkan barang yang selesai dipindai. Mbak kasir melongo dan dia menggeleng sembari berkata, "Nggak papa, mbak. Pake plastik ini aja." ketika saya mengulangi kalimat saya.
Entah apa yang ada dalam pikiran mbak kasir itu. Apapun itu saya yakin ia setengah memaksa saya bukan karena takut di tegur oleh atasannya. Secara logika, bisnis mereka diuntungkan dengan keinginan pembeli seperti saya. Lalu apa ya?
***
Suatu waktu beberapa tahun yang lalu, saya tercengang melihat seplastik penuh lipatan segitiga tas-tas plastik "koleksi" saya di kamar. "Koleksi" itu terus bertambah setiap kali saya berbelanja. Setelah berdiskusi dengan seorang teman mengenai tas-tas plastik itu, saya mulai berhitung berapa banyak sebuah toserba jaringan kecil mengeluarkan lembaran tas plastik setiap harinya. Andaikan saja, seorang pembeli membutuhkan dua lembar tas plastik dan seratus pembeli mendatangi sebuah toserba jaringan kecil setiap harinya. Itu berarti dua ratus lembar tas plastik terpakai setiap harinya. Kalau di sebuah kota terdapat dua puluh toserba jaringan kecil saja, itu berarti empat ribu lembar tas plastik terpakai setiap harinya. Lalu berapa banyak tas plastik diperlukan setiap harinya di seluruh dunia?
***
Ketika saya tinggal di kampung halaman, sampah terkumpul dengan cukup baik di sebuah lubang dalam tanah di halaman rumah. Waktu satu lubang penuh, lubang itu di tutup dengan tanah, lalu lubang lain dibuat dan demikian seterusnya. Itulah yang selalu di lakukan orang tua saya di rumah. Meski sampah plastik yang juga ikut terkubur dalam tanah tidak dapat terurai dengan tuntas berbulan-bulan kemudian ketika saya kebetulan menggali, tapi pengalaman sampah yang terkumpul dengan baik itu cukup membuat nyaman hidup saya.
Amat sangat berbeda ketika saya  merantau ke ibukota. Sampah tampak di sudut manapun bahkan disekitar tempat hunian, terutama sampah plastik dan sampah lain yang sulit terdaur ulang dengan cepat. Saat itulah saya mulai berniat untuk mengurangi penggunaan sampah plastik. Saya yakin akan ada banyak manfaat mengurangi penggunaan plastik mengingat pembuatan plastik butuh bahan yang tidak ramah lingkungan dan penguraiannya butuh waktu yang tidak sebentar. Selain sampah menjadi lebih sedikit, kemungkinan kita membuat bobrok bumi ini juga semakin kecil. Kalau satu orang seperti saya melakukannya ketika berbelanja, bisa dibayangkan bagaimana nyamannya bumi ini ketika semua orang juga melakukannya.  :)