Pastinya Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar; Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka; serta Ganjar Pranowo-Mahfud MD, bakal beradu gagasan. Tak sabar rasanya untuk melihat capres dan cawapres menyampaikan perspektif mereka untuk kebaikan Indonesia, jika mereka terpilih.
Di antara banyak visi misi dari ketiga Capres-Cawapres tersebut, ada satu hal yang menggugah. Apakah Anies-Muhaimin, Prabowo-Gibran, Ganjar-Mahfud, berani tegas mengemukakan pandangannya bagi kebaikan Industri Hasil Tembakau (IHT) ke depannya dalam kampanye terbuka? Yang disaksikan ribuan atau mungkin ratusan ribu massa pendukung.
Sedangkan Muhaimin sudah berkunjung ke pabrikan di Malang, Jawa Timur. Di depan ratusan buruh pelinting rokok sigaret kretek tangan, Muhaimin ingin agar cukai untuk Sigaret Kretek Tangan (SKT) tak naik lagi.
Begitu juga Gibran yang datang menemui petani tembakau di Tembakau, Jawa Tengah. Dirinya menginginkan petani tembakau tidak lagi kesulitan menyoal bantuan pupuk. Bahkan Gibran menyatakan akan meningkatkan harga jual dari petani tembakau.
Sedangkan Ganjar, menyambangi buruh pelinting rokok SKT juga di Malang. Ganjar berharap IHT terus berkelanjutan positif agar mampu menyerap tenaga kerja dengan baik. Dihadapan ahli ekonomi, Ganjar juga mengatakan tidak akan menaikkan CHT lagi.
Ada sekitar 6 juta orang yang mencari nafkah bagi keluarga maupun anaknya dari keseimbangan IHT. Ada petani tembakau, buruh pelinting rokok, tenaga ahli, distributor pemasaran, sampai pedagang kecil yang menjual produk olahan tembakau. Mereka semua adalah orang Indonesia yang hidup dalam lingkaran IHT.
Mereka semua --sekitar 6 juta orang yang bekerja dalam IHT- pasti ingin Anies-Muhaimin, Prabowo-Gibran, Ganjar-Mahfud, berani bersuara saat masa kampanye terbuka tentang apa saja turunan lebih mendalam dan rinci dari kebijakan serta regulasi bagi keberlanjutan IHT.
Dengan demikian apa yang dilontarkan ketiga Capres-Cawapres untuk Pilpres 2024 dapat didengar, disaksikan, dicermati, dan dipegang oleh petani tembakau, buruh pelinting rokok, tenaga ahli, distributor, pedagang warung kelontong di seluruh Indonesia. Bukan hanya segelintir saja saat ketiga Capres-Cawapres datang berkunjung ke lokasi tertentu.
Harapan sekitar 6 juta orang yang bergantung nasib kehidupannya dengan keberlanjutan IHT sepatutnya didengar ketiga Capres-Cawapres. Jangan lagi mengabaikan nasib kesejahteraan mereka. Dari mulai petani tembakau hingga pedagang warung kecil juga rakyat yang punya aspirasi.
Ketiga Capres-Cawapres jangan sampai bungkam saat masa kampanye tentang kesejahteraan pekerja tembakau. Padahal dari IHT mampu memberi andil besar bagi perekonomian Indonesia rata-rata 11%-13% sejak lima tahun terakhir.
Sudut pandang mengenai bagaimana kebijakan positif dan regulasi yang lebih spesifik terhadap keberadaan IHT dari ketiga Capres-Cawapres penting digaungkan saat masa kampanye. Di situlah letak kepastian penilaian bahwa masing-masing Capres-Cawapres memang berpihak bagi pekerja tembakau.
Sebaiknya ketiga Capres-Cawapres tidak bersikap setengah-setengah dalam memaparkan keberpihakannya bagi keberlangsungan IHT yang lebih baik. Ketiga Capres-Cawapres harus menjadi calon pemimpin yang berani bersuara di hadapan ribuan atau ratusan ribu orang.
Ketika ketiga Capres-Cawapres ternyata selama masa kampanye terbuka tidak sedikit pun menelurkan strategi kebijakan dan regulasi lebih mendalam untuk IHT, maka sama artinya mereka acuh pada nasib kesejahteraan rakyatnya sendiri.
Mulai saat ini jelang masa kampanye terbuka, sekitar 6 juta pekerja tembakau bakal menanti bentuk pemikiran ketiga Capres-Cawapres untuk ladang nafkah pekerjaannya. Semoga saja cita-cita pekerja tembakau di Indonesia tidak luput dari suara ketiga Capres-Cawapres.