Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

MATI.. Cinta.. HIDUP

2 April 2010   00:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:02 424 0
MATI. Mandeg. Berhenti. Mutlak begitukah? ..apa yang abadi di kefanaan ini, ketika kasat indra: Hukum RELATIVITAS sedemikian nyata di keseharian. Di bidang apapun, itu. EPOUTO. Awal raga ini melontar berjasad lagi, persis 39 tahun 3 bulan kurang 5 hari lalu.. Yang persis di detik pertama, sah di Negeri ini, berikan judul prosesiku sebagai: (mulai) diakui masuki realitas hidup, di napas pertama-ku, sejak pertama terpisah dari rahim Ibunda. Jam, tanggal, serta tempat Kelahiran sang aku.. yang akan terus dicantumkan di semua dokumen pribadi, sepanjang hidup sang aku. Hmm..hebatnya.. Lalu, bagaimana dengan prosesi keramat mulai menyatunya sukma diam-ku ke material keramat.. penyatuan sel sperma Ayahanda ke sel telur Ibunda di detik mulanya? ..kapankah eksistensinya dijunjung, lalu? Bila lawan kata mutlak hidup adalah mutlak mati, lalu apa sebutan detik keramat prosesi tumbuh kembang di rahim ibunda sebelum lahirku itu? ..di grade manakah ia ditempatkan? .. sedang dibuat pembedaan kategorikah, di situ? ..sebelum dilahirkan.. yang dipisahkan dengan setelah dilahirkan? ..juga, terkaitkah dengan beragam latar belakang ideologi terkait? ..jejak tanya terus saja menggoda benak terbatas ini, Beib.. Bagiku, prosesi pembentukan raga pra lahirku sama keramat dan berharganya dengan prosesi setelah detik kelahiranku. Sebab, apapun judul bantahannya, esensinya tetaplah tentang sang AKU beridentitas legal ini, yang mutlak utuh. Hakekat sang AKU yang sama berharganya.. di detik kapanpun.. hingga kapanpun. Kemutlakan hakiki yang tiada terkait dengan variasi wujud kasat mata raga-ku.. termasuk pilihan-pilihan sang aku di jeda panjang prosesi keramat sang AKU menuju detik MATI akhir kelak. ..hmm.. prosesi keramat panjang sang AKU menuju detik MATI akhir-ku kelak.. Kapan, kira-kira, yea..? Detik MATI akhir, ketika alir pendulum gerak legal dinyatakan berhenti. Diakui, ketika alat pendeteksi detak Jantung-ku laporkan hasil investigasi berhentinya. Di detik, ketika alat pendeteksi kerja Otak-ku sodorkan bukti otentik berhenti bekerjanya Otak-ku. Aku kira, itu detik keramat yang bisa jadi menegangkan andai itu terjadi di hadapan satu.. dua.. tiga.. ..sekian pasang mata. .. Menegangkan? hmm.. sedemikian relatif, tepatnya. Karena, bisa saja.. itu detik paling melegakan bagi satu dua pasang mata di situ, bahkan. Menggelikan. .. ..sebaliknya.. bagaimana bila di detik MATI akhir-ku itu, tiada satu pasang matapun yang ada di sisi. hmm.. mungkin berbeda. .. ..di bayangku, sang aku akan jalani prosesi suci keramat lepas raga terakhir di raga tertentu tersebut dengan jauh lebih meletak, tenang, damai, dan INDAH. Mengapa di bayangku itu indah? Aku kira, sebab sang aku sedang jalani salah satu fase keramat terpentingnya: ..ketika tiada satupun Sesama yang ikutan ngerecokin. ..hmm.. eksklusif. . . . . . . . . . . . . . . ..ohh, Beib... semburat Mentari mulai gelontorkan pikatnya.. Bumi pijakanku mulai merona keemasan. Pucuk dedaunan nyata berkilat berkilauan indah dirapati bintik embun dan titik air hujan sisa tumpah deras semalam.. Iya.. iya. Sudah mulai pagi, ternyata. ..kuhela napas lemah ke sekian juta-ku ini.. hanyutkan sukma diam dalam pesona maha indah denting Destiny and Arvn from "Heaven and Earth" Album, by Kitaro -ku.. . . . . . . . . . melanjut.. dan terus melanjut.. kurelakan hanyutku pada denting demi denting keramat melanjutnya. . . . . ..andai kubisa berbagi pesonanya di detik ini, di sini, dalam hening. . . . . denganmu, Beib. . . . . ..hmmghhhh...... . . . . . . . . . . . . . . Rasaku sontak melontar ke dimensi pemikiran suka-sukaku yang lain. . . . . . . . . . . . . . . ..semburat pink kejinggaan mulai menggayuti sukma ini, Beib.. Iya.. iya. Semburat senada.. setiap sukma ini bungah oleh goda hening "Aha" yang dalam. ..................... ..melontarku pada bening maha merdu suara pelan Putera kesayanganku semalem di telphon: "..eghh.............Mammi.." . . . . hening... ..lalu, tut.. tut.. tut.. nging,,,,,,,,,,,,,,,,,, . . . ia matikan handphone. ..seperti lazimnya, setiap kali ia melantunkan bongkah kangen-nya ke kawah kangen-ku, langsung, by phone. .. Sudah tahulah engkau, Beib.. betapa aku sungguh mencintainya.. .. ..aku pun pernah merasa mencinta insan yang lain. Kau telah tahu itu, Beib.. Geliat rasa yang... "nano-nano", yea.. acap kali sedemikian "lao-lao".. Judul brutal berikutnya, acapkali: NAIF. ................. . . . . .. . CINTA. Tiada terbantahkan, ia keramat mensucikan hanya bila ia hadir atas muasal membebaskan. Melepaskan. ..ketika sang aku memandang sesuatu.. melihat sesuatu ..apa adanya. Berdasar standard kekinian: REALITAS. Bukan atas pijakan ILUSI semata. [Oh...kutuk ilusi... Bagaimana inginku. Ketika sang aku sedang derakan diri pada kerangkeng candu sang ILUSI.] Dan, ketika sang aku bijak memilih: berikan tanggapan sesuai realitas kekinian tersebut. Berikan tanggapan seolah sang realitas baru pertama terjadi di muka Bumi ini. mmhhh... betapa tidak mudahnya, Beib.. Tahulah kau.. bagaimana impulsi-ku. :) Menariknya, muasal sulit sang aku bermuara pada kerangkeng konsep, kategori, proyeksi, setumpuk label, dan kisah hari lalu sang aku. Sang aku musti melihat apa adanya dengan berpikir tertib dan waspada: JERNIH. Yang, hanya bisa melontar sempurna bila sang aku lepas sungguh dari dera ingin. Hal yang hanya dapat mewujud bila sang aku relakan diri "MATI" (note: bukan "MATI akhir") terhadap segala dera ingin. "MATI". Sebuah status diri, ketika sang aku sampai di peziarahan lelaku HENING.. SENDIRI. Detik, ketika sang aku sontak lepas dari candu. Yang hanya mewujud lengkap bila sang aku sungguh lepaskan diri dari pilihan pe"label"an apapun, bersedia akui jerat rasa yang sedang dialami.. dan berjarak sungguh dari ragam pendulum rasa yang sedang bertandang ke diri. Sebuah prosesi internal keramat yang berimbas terbangnya segala jeda rasa sesaat. Dan, HIDUP dalam dimensi merona benar-benar mewujud binar, lalu. Hidup dalam realitas saat ini..yang sarat oleh ranum kekinian. WOW..!! .... . . . . . ..indahnya HIDUP, lalu.. ketika sang aku relakan diri menikmati deret ayunan ber-juta.. ber-milyard.. triliun-an nada. . . . . . tanpa sedetikpun relakan diri berhenti pada satu titik nada. . . . . . . . ..dalam dekap erat Mysterious Island by Kitaro.. berhenti-ku kembali, pada mistis diam lansekap "Hutan Meranggas Pasca Tsunami Biak" by RAUSEN ini, Beib.. . . . . . . . . . . . ..bawa hanyut kembali-ku pada kering.. rapuh.. sendiri.. hening lelaku meletihku. . . . . . . . . . . . .. ..masih ingatkah engkau tentang pinta-ku.. "keBUMIkan jasad-ku kelak di tepian Danau Tage, Epouto-ku.. dengan gunduk kecil bertanda patung indah karya terkeramat Pak Topo - Cirendeu" ..sendirian saja.. sesuai detailpintaku pagi itu, Beib. . . . ? .................... . . . . . . Adalah keramat melakukakan hal yang diimpikan.. sebelum tiada. Persis seperti katamu, Beib.. ..pintaku, Beib.. aku MATI atas ragam candu-ku. Kuharap, ku-mencinta suci.. Sebab kurasakan sungguh hasrat HIDUP, di sukma diam ini. Kuharap suatu petang kelak.. dengan satu kuncup Tulip di jemari ini.. aku masih bisa mereguk denting Long Vacation bersama.. telentang memandang tetaburan bintang .. menikmati pantulan purnama di pucuk bebatuan basah tepi luberan air Pantai keramat itu.. usai puas mereguk sunset, detik sebelumnya. .. .. [..akan jalani prosesi keramat MISA Jumat Agung sore nanti, Beib..? ..kurelakan kaubawa sukma-ku merunduk bersamamu, di situ. ........miss U.. ]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun