Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV(KGPAA Mangkunegara IV) lahir di Surakarta pada tanggal 3 Maret 1811. Meninggal pada tahun 1881 dengan Jabatan terakhir sebagai Raja Mangkunagaran. Setelah saya baca Wikipedia ternyata beliau pernah mendirikan pabrik gula di Colomadu dan Tasikmadu. Juga memprakasai berdirinya Stasiun Solo Balapan yang menjadi bagian rel kereta api Solo – Semarang. Saat saya membaca Wikipedia, saya belum sadar untuk apa jalur kereta api Solo – Semarang ini.
Pada dua minggu yang lalu saya pergi wisata ke daerah Bantul, Jogyakarta dan Solo. Seperti biasa teman – teman di Jogyakarta maupun Solo selalu setia memandu kuliner maupun lokasi wisata yang menarik. Setelah kami mampir ke Giribangun dan Astana Mangadeg, pulangnya kami mampir di Girilayu. Di Girilayu ada makam Mangkunegara 4,5,7 dan 8. Karena Mangkunegara 6 makamnya tidak di Girilayu.
Saat kami masuk area makam, kami sungguh kaget. Tidak menduga apa yang kami lihat. Kami tertengung kagum dan tiba tiba datang seorang anak muda penjaga area makam. Saya minta ijin untuk foto kepada penjaga area makam. Dengan raut muka yang sopan dan santun, pria muda itu menjelaskan asal usul makam ini dan juga mengijinkan kami memfotonya. Dijelaskan tentang prestasi semasa kejayaan Raja dan kedekatan Raja dengan pihak Belanda.
Bila bicara tentang Mangkunnegara tentu saja teringat tentang Magkunegara pertama yang dimakamkan di Astana Mangadeg dekat Giribangun. Raja Mangkunegara pertama dikenal juga sebagai Raja Sambernyawa.
Foto pertama:
Makam yang sekitar 20 x 10 meter dengan tinggi sekitar 7 meter, ternyata seluruhnya terbuat dari bahan besi. Lantainya dari marmer. Belum lagi saya selesai terheran heran, dijelaskan pula bahwa besinya dan marmernya datang dari belanda dan tinggal di pasang di Girilayu. Bangunan ciri khas eropa dengan gaya dan design nya dibuat 100 persen oleh Belanda. Dari Belanda semua ini dibawa ke Semarang dengan kapal laut. Barang besi dan marmer yang dibawah dengan kapal laut mendarat di pelabuhan Semarang. Dari Semarang di bawa kereta api menuju Stasiun Solo. Dari stasiun Solo digotong manual keatas gunung Girilayu sekitar 1.250 meter diatas permukaan laut. Sungguh luar biasa energi yang digunakan membangun makam ini. Dari mulai pagar area makam maupun didalam nya tidak lagi menimbulkan kesan menakutkan. Yang ada hanya kagum atas idea dan seni serta energi tenaga otot untuk memanggul semua ini.
Foto ketiga
Didalam ruangan ada tiga makam, yaitu Makam Mangkunegara 4,5 dan 7. Mangkunegara 8 ada diluar sebab ruang ini hanya cukup untuk 3 makam saja. Yang ada fotonya adalah makam Mangkunagera 4.
Setelah sekitar 45 menit kami berfoto, maka kami pamit pulang dengan satu tekat, yaitu akan kembali lagi ke makam Girilayu dengan persiapan yang lebih sempurna. Dalam perjalan pulang, kami berdiskusi tentang motivasi, obsesi maupun kesulitannya membangun makam ini. Demikian juga bisa kita pahami kedekatan Raja dengan pihak belanda di jaman itu.